Harga Jagung Diprediksi Anjlok, Segini Harganya di Bima, Dompu, Sumbawa dan Lombok

0
Bupati Dompu Kader Jaelani turun langsung melihat hasil panen jagung petani di Desa Ta'a, Kecamatan Kempo, Minggu (25/4).

Bima, katada.id – Harga jagung diprediksi turun pada musim panen tahun 2022. Harga jagung tak seseksi tahun 2021.

Tahun lalu, harga jual jagung di tingkat petani di beberapa daerah di NTB mencapai Rp5.000 per kg. Meski di ujung musim panen harganya turun, namun tidak signifikan. Harga jagung saat itu turun diangka Rp4.200 per kg.

Pada musim panen tahun ini, harga juga menunjukan penurunan. Bahkan diprediksi harganya anjlok seperti tahun 2019 lalu.

Informasi yang diolah dari berbagai sumber, harga jagung di sejumlah kabupaten di NTB turun drastis. Berikut harga yang terangkum tertanggal 25 Januari 2022.

Di Kabupaten Bima, harga eceran mencapai Rp5.150 per kg, harga beli pabrik di tingkat petani Rp3.055 per kg.

Kabupaten Dompu harga eceran Rp3.095, harga beli pabrik di petani Rp2.845. Lombok Barat harga beli pabrik Rp2.990.

Lombok Tengah harga eceran Rp5.000, harga beli pabrik Rp3.010. Lombok Timur harga eceran Rp4.925 , harga beli pabrik 3.233. Sumbawa harga eceran Rp3.200, harga beli pabrik Rp2.693. Sumbawa Barat harga eceran Rp3.500, harga beli pabrik Rp2.700.

Sekretaris Jendral Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola menerangkan, harga jagung memang sejak Oktober tahun lalu sudah tinggi. Harga beli oleh pabrik pakan mencapai Rp6.000 per kg untuk pipilan kering kadar air 17%. Harga di petani sekitar Rp4.700-4.800 per kg.

“Harga akan mulai turun karena akan masuk panen raya nanti Februari-Maret. Sekarang sudah mulai sedikit-sedikit. Harga akan kembali ke seperti harga acuan sesuai Permendag (Permendag No. 7/2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen),” kata Maxdeyul dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (26/1).

Dalam Permendag tersebut, harga acuan pembelian jagung di tingkat petani setiap kilogramnya adalah adalah Rp2.500 (kadar air 35%), Rp2.750 (kadar air 30%), Rp2.850 (kadar air 25%), Rp2.050 (kadar air 20%), dan Rp3.150 (kadar air 15%).

Sementara harga acuan di tingkat konsumen hanya berlaku satu kategori, kadar air 15% ditetapkan Rp4.500 per kg.

“Tahun ini, akan berbeda dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu harga tinggi akibat anomali perilaku pabrikan pakan ternak. Yang berlomba-lomba membeli dan mengisi stoknya. Berapa pun dibeli. Prediksi saya, tahun ini pabrikan tidak akan melakukan hal serupa. Sehingga harga akan kembali ke posisi seperti tahun 2019, atau turun jadi seperti harga di Permendag,” ujarnya.

Belum lagi, akibat keterbatasan silo dan pengering milik petani dan pabrik pakan, akan berdampak pada kualitas dan kadar air jagung. Pada saat bersamaan, panen raya diprediksi terjadi berbarengan dengan musim hujan. Akibatnya, pabrik pakan ternak tidak akan terburu-buru membeli untuk stoknya.

Namun, dia yakin, harga tidak akan susut terlalu dalam hingga menjadi Rp2.000 per kg atau lebih rendah.

“Tidak akan sampai segitu (Rp.2000 per kg). Karena akan ada Bulog, sebagai operator badan pangan nasional. Dia akan berperan membeli untuk buffer stock sehingga terjadi kestabilan harga. Karena itu, Bulog harus bersiap dari sekarang,” tutur Maxdeyul.

Namun, imbuh dia, jika ternyata Bulog tidak melaksanakan perannya, harga pun masih akan terjaga agar tidak anjlok dalam. “Untuk komposisi produksi pakan itu, 51% itu adalah jagung. Sekarang mereka masih bisa penuhi hanya untuk 35%. Artinya, masih ada ruang 15% itu untuk menambah stoknya. Pabrikan lebih suka pakai jagung daripada gandum karena lebih tinggi proteinnya. Kalau gandum, mereka harus tambahkan protein, artinya cost lagi,” jelasnya.

Dewan Jagung Nasional optimistis, produksi jagung tahun ini mencapai 23 juta ton pipilan kering. Lebih tinggi dari sasaran Kementerian Pertanian yang hanya 20 juta ton. (red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here