Bima, katada.id – Teluk Bima dicemari Lendir Laut atau Ingus Laut. Fenomen alam ini mulai muncul dua hari lalu, dan paling parah terjadi pada Rabu (27/4/2022).
Penampakan Ingus Laut ini terlihat di sepanjang bibir pantai Lawata hingga Wadu Mbolo, Kelurahan Dara, Kota Bima.
Baca Juga: Perairan Teluk Bima Tercemar Limbah, Paling Parah di Depan Depo Pertamina
Kehadiran Ingus Laut ini menjadi ancaman kehidupan laut. Banyak ikan-ikan mati diduga akibat ingus laut.
Tidak hanya di Bima, Ingus Laut juga pernah menyelimuti Pantai di sepanjang Laut Marmara dekat Istanbul, Turki. Garis pantai di sana dipenuhi lapisan Ingus Laut pada Juni 2021 lalu.
Lalu apa itu Ingus Laut?
Dikutip dari wikipedia, Lendir Laut atau Ingus Laut (bahasa Inggris: sea snot) adalah sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E. coli.
Penyebab
Ingus Laut terbentuk secara alami ketika alga atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Peristiwa serupa terjadi di Turki pada 2007, tapi juga pernah ditemukan di Laut Aegea dekat Yunani.
Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan fitoplankton membludak. Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.
Hal ini didukung oleh pernyataan Professor Hüseyin Erduğan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart, bahwa Ingus Laut pada dasarnya adalah massa mikroorganisme yang diperkaya oleh komponen limbah yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.
Baca Juga: Belasan Warga Kecarunan Usai Konsumsi Ikan Tercemar Limbah di Teluk Bima
Ingus Laut sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme). Meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri.
Ingus Laut memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.
Dampak
Peningkatan jumlah Ingus Laut di Laut Tengah dan wilayah laut lainnya sejak awal 2009 merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim. Perairan yang menghangat dan bergerak lebih lambat meningkatkan produksi Ingus Laut dan memungkinkan terjadinya penumpukkan dalam gumpalan-gumpalan besar.
Ingus Laut pertama kali dilaporkan pada tahun 1729 dan sejak lama dipandang sebagai gangguan bagi industri perikanan dan populasi pesisir.
Baru-baru ini, lendir laut muncul tidak hanya sebagai gangguan, tetapi juga sebagai bahaya besar. Gumpalan lendir laut dapat menampung bakteri seperti E. coli yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia yang terpapar air yang terkontaminasi.
Baca Juga: Ternyata Fenomena Alam, Gumpalan di Teluk Bima Bukan Limbah tapi Ingus Laut
Ingus Laut juga dapat melapisi insang makhluk laut yang ada di dalamnya, memotong oksigen, dan membunuh mereka. Karena sifatnya yang berlendir kental, berbusa, dan menutupi permukaan. Ingus Laut mengancam kehidupan laut, seperti ikan, mamalia laut, dan terumbu karang.
Pada bulan Juni 2021, Ingus Laut terlihat di sepanjang wilayah Laut Marmara, yang menghubungkan Laut Hitam ke Laut Aegea. Ingus Laut telah menyebar melalui laut selatan Istanbul yang meliputi pelabuhan, garis pantai, dan petak permukaan.
Menurut Profesor Bayram Ozturk dari Pusat Penelitian Kelautan Turki, beberapa spesies menjadi terancam, termasuk tiram, remis, bintang laut.
Penanggulangan
Penanggulangan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan lendir laut dari permukaan laut dan meletakkan penghalang di permukaan laut untuk menghambat penyebarannya. Penanggulangan jangka panjang yang perlu dilakukan adalah meningkatkan dan memastikan pengolahan air limbah, menciptakan kawasan perlindungan laut, dan memperlambat perubahan iklim. (red)