Lombok Utara, Katada.id- Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air) merupakan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Namun persoalan sampah menjadi potensi ancaman yang serius terhadap keberlangsungan pariwisata di kawasan tersebut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KLU Rusdianto mengatakan, penanganan sampah di Tramena saat ini masih menggunakan pola kerjasama dengan KSM. Yakni membawa sampah dari sumbernya ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Namun pola ini diakuinya belum bisa mengatasi persoalan gunungan sampah yang ada di Tramena. Saat ini, kemampuan pemerintah dalam mengatasi sampah di pulau sangat terbatas. Maka itu, dibutuhkan rumusan dan kajian dari para ahli untuk mendapatkan formula yang pas.
“Kita mengajak semua masyarakat untuk bergerak sama pikirkan apa yang bisa kita diperbuat. Selama ini kita gandeng KSM, sehingga ke depan apakah kita akan tambah kelompok baru atau bagaimana, supaya timbunan sampah harian bisa diselesaikan karena kalau tidak selesai ini (TPS, Red) menjadi beban,” jelasnya.
Dibeberkan Rusdianto, volume sampah tiga pulau ini cukup tinggi ketika memasuki high season. Beban sampah bisa tembus di angka 18 ton per hari. Sedangkan pada low season, volume sampah di angka 7-8 ton per hari.
“Dari jumlah total sampah itu kemampuan memilah dan mengelola kita hanya sekitar 2-3 persen, karena belum optimal, ini jadi PR kami sambil cari formula, apa yang pas kita bawa ke pinggir (darat) residunya atau seperti apa,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter FR mengatakan, di TPST Gili Trawangan terdapat gunungan sampah yang butuh penanganan serius. Gunungan sampah ini berasal dari sampah yang telah menumpuk selama bertahun-tahun. Sebab itu, perlu kolaborasi untuk menemukan formulasi menuntaskan persoalan sampah tersebut.
“Tidak hanya di Trawangan, tapi juga Air dan Meno,” sambungnya.
“Mudahan kedepannya penanganan sampah di Trawangan ini bisa dimaksimalkan lebih baik lagi,” imbuhnya.
Berbicara soal penanganan sampah harian, dirinya meminta warga dan pengusaha melakukan pemilahan sampah dari sumbernya. Artinya, dipisahkan antaran sampah organik dan non organik sebelum dibuang.
“Makanya sekarang bagaimana kita berkomitmen memilah dan memilih, jadi supaya tidak ada sampah yang numpuk seperti ini, mudahan residunya saja yang tersisa,” terangnya.
Terkait penanganan sampah ini, Danny mengaku masih didiskusikan bersama seluruh stakeholder. Apakah diangkut bertahap keluar dari TPST Trawangan. Sementara ini, dirinya berharap penanganan sampah di Trawangan bisa dituntaskan dengan pola pemilahan.
“Saya harapkan seluruh pihak agar sama-sama menyelesaikan persoalan sampah ini,” pungkasnya. (Ham)