Mataram, Katada.id – Mimpi Provinsi NTB menjadi daerah Bebas Sampah atau Zero Waste di tahun 2023, pelan namun pasti mulai menunjukan perkembangannya. Spirit masyarakat mendukung program Zero Waste menjangkiti berbagai lapisan masyarakat dengan cepat bagaikan virus positif.
Kesadaran akan pentingnya Zero Waste telah melahirkan berbagai program inovatif masyarakat dalam pengelolaan sampah mulai terbentuk. Misalnya di lingkungan sekolah aampah dapat digunakan untuk membayar SPP (program Universitas Nahdlatul Ulama).
Ada pula sekolah yang hanya mengizinkan muridnya pulang setelah memungut sampah. Perusahaan di NTB pun ambil bagian. Misalnya program The Gade Clean Gold dari PT. Pegadaian. Instansi pemerintahpun tidak ketinggalan dengan peluncuran program bayar pajak dengan sampah.
Terlihat Pemerintah Provinsi NTB fokus menyelesaikan masalah sampah dari hulu atau dari lingkungan terkecil masyarakat, yaitu keluarga.
Wakil Gubernur NTB, Dr.Hj.Siti Rohmi Djalilah menegaskan hal tersebut saat membuka acara Sosialisasi Kampanye Pilah Sampah Berbasis Rumah Tangga Bagi Organisasi Wanita se-Provinsi NTB yang diinisiasi Badan Kerjasama Organisasi Wanita Provinsi (BKOW) NTB di Aula Pendopo Wakil Gubernur NTB di Mataram, Selasa, (21/1).
Wagub yang lebih akrab disapa Umi Rohmi menyatakan bahwa mewujudkan lingkungan NTB yang Zero Waste atau Bebas Sampah merupakan sebuah program merubah mindset masyarakat.
“Merubah mindset berarti merubah kebiasaan masyarakat melalui edukasi yang berkesinambungan,“ tegasnya.
Dijelaskannya bahwa edukasi pemilahan sampah harus dimulai dari keluarga. Dalam hal ini, para ibu rumah tangga mempunyai peran strategis untuk dapat merubah mindset mengenai sampah, minimal di lingkungan keluarganya.
Maka untuk itulah para ibu yang tergabung dalam BKOW NTB, kata Umi Rohmi akan gencar diberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai pemilahan sampah dari rumah sekaligus mengolahnya.
“Sehingga nantinya, ibu-ibu BKOW NTB ini tak hanya dapat memperaktekan langsung di rumah masing-masing. Tetapi juga ikut mensosialisasikan hal serupa di organisasi maupun dusun masing-masing melalui Posyandu Keluarga,”cetus, Umi Rohmi.
Lebih lanjut, menurut mantan Rektor Universitas Hamzanwadi itu, soal kemajuan pengelolaan sampah memang butuh waktu untuk merubah mindset masyarakat. Di negara maju saja dibutuhkan kurang lebih 10 tahun untuk membentuk sebuah system. “Saya yakin warga NTB tidak sulit, selama kabupaten, kota, dan desa merespon dengan baik program ini,”ucapnya dengan tegas.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB, Ir. Madani Mukarom, BSc.F., M.Si, yang juga hadir pada acara tersebut menjelaskan hingga saat ini jumlah Bank Sampah sudah menncapai 473 unit yang tersebar di seluruh daerah di NTB. Bank sampah yang terbentuk dari dana APBD di tahun 2018 sebanyak 50 unit, tahun 2019 sebanyak 74 unit, sedangkan sisanya merupakan Bank Sampah Mandiri bentukan masyarakat dan komunitas.
Itu berarti antusiasme masyarakat mengenai Zero Waste ini mulai terbentuk. Diharapkan tahun ini seluruh desa membentuk bank sampah di bumdesnya. Ada 1100 bumdes yang tersebar di seluruh NTB. “Kita harapkan semuanya bisa bekerjasama mewujudkan NTB Asri dan Lestari,” tandas Kadis LHK. (rif)