Jakarta, katada.id – Aliansi Solidaritas Pemuda menggelar aksi boikot terhadap stasiun televisi Trans7, Senin (20/10). Mereka merupakan gabungan Pengurus Pusat KAMMI dan Pengurus Besar HMI MPO.
Solidaritas Pemuda menilai salah satu konten yang ditayangkan lembaga penyiaran tersebut melecehkan ulama dan santri. Aksi yang berlangsung di Jakarta itu diwarnai seruan agar media lebih selektif dalam menayangkan program siaran.
“Kami mendesak pihak Trans7 dan seluruh lembaga penyiaran lebih berhati-hati. Media harus jadi sarana edukasi dan pencerahan, bukan sumber kontroversi atau pelecehan terhadap simbol keagamaan,” tegas Koordinator Lapangan, Andre, saat berorasi.
Ketua Umum PP Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), M. Amri Akbar, menambahkan aksi ini bukan bentuk permusuhan terhadap media. Melainkan ajakan moral agar pers kembali pada fungsi utamanya, menyampaikan informasi yang mendidik dan membangun.
“Kami paham peran media sebagai pilar keempat demokrasi. Namun kebebasan itu harus diimbangi tanggung jawab moral. Setiap tayangan publik, apalagi dari Trans7, sebaiknya disaring agar tidak menyinggung golongan mana pun,” kata Amri, Pemuda asal NTB.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara media dan masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem penyiaran yang sehat.
Menurutnya, media punya potensi besar membentuk karakter generasi muda apabila diarahkan pada konten inspiratif, edukatif, dan mencerminkan nilai kebangsaan.
“Ke depan, kami berharap Trans7 lebih terbuka terhadap masukan publik dan menjalin kerja sama dengan organisasi kepemudaan, lembaga pendidikan, serta komunitas sosial,” sambungnya.
Aksi yang berlangsung sekitar dua jam tersebut berjalan damai. Menutup kegiatan, Amri kembali mengingatkan agar media menjalankan tanggung jawab moralnya dalam membentuk citra bangsa.
“Media seharusnya jadi cahaya bagi masyarakat, bukan bara yang menimbulkan perpecahan,” tandasnya. (*)