Katada

Antisipasi Corona, Dewan NTB Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Daging Sapi Impor

Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, Abdul Rauf, ST, MM.

Mataram, Katada.id – Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, Abdul Rauf, ST, MM mengingatkan Pemprov agar memperketat pengawasan daging sapi beku impor dari luar negeri yang masuk ke NTB. Diketahui saat ini NTB masih membuka ruang daging sapi beku diimpor.

Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi mencegah mewabahnya virus corona. Karena daging sapi beku itu didatangkan dari luar negeri yang kembanyakan diimpor dari negara tetangga.

“Masyarakat dihebohkan dengan menyebarnya virus corona dari China, sebagai langkah antisipasi dari maraknya virus itu pengawasan masuknya daging dari luar harus diperketat,” pinta Rauf.

Di samping itu, ia sering menyampaikan saat rapat agar kehalalanya daging impor terjamin, juga proses pemotongannya tidak asal-asalan.

“Impor daging beku dari luar Negeri memang sebagian besarnya didominasi hotel, restaurant dan kuliner lain. Tetapi ini harus dilihat proses pemotongan dan kehalalnya seperti apa. Apalagi saat lagi marak-maraknya virus corona, harus di antisipasi, kekhawatiran ini bisa menyebar, Mesti harus dilihat tempat lain,” tegasnya.

Prioritaskan Daging Sapi Lokal

Rauf menyarankan pemerintah mendahulukan sapil lokal daripada sapi impor. NTB terkenal dengan daerah sejuta sapinya, sekaligus pemasok daging nasional.  Surplus sapi terbanyak terdapat di dua daerah, yakni Kabupaten Bima dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Hal ini pertanda peternak di daerah ini dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Satu sisi tentu harus diakui kenapa kemudian pelaku pasar lebih tertarik mengambil daging impor, karena kualitas harganya lebih murah daripada daging sapi lokal.

“Harus kita akui, harga daging sapi beku impor itu jauh lebih murah daripada daging sapi lokal. Sewalaupu secara kualitasnya lebih segar sapi kita, tapi kan tidak bisa dipungkiri pangsa pasar kita justru mencari yang lebih murah,” ucapnya.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan masyarakat peternak sapi di Bima. Problem persaingan harga lokal lebih tinggi ketimbang harga impor. Justru ini yang membuat masyarakat di sana lebih suka ekspor ke luar  daerah. Seperti di Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia.

“Karna harga sapi masyarakat ketika di ekspor ke Jakarta dan beberapa daerah lain, lebih menjanjikan dan kualitas harganya tetap stabil,” katanya.

Selain itu, kata Rauf, kalau dilihat dari laju peningkatan peternak sapi di NTB, mestinya pemerintah melalui Dinas Peternakan NTB, harus mempersiapakan pengolahan indusrtrialisasi daging. Sementara industrialisasi di bidang peternakan itu sudah direncanakan atau konsepnya ada dari pemerintah sendiri. Hanya saja sekarang masih belum diterapkan.

“Dengan surplus daging sapi di NTB ini makin meningkat. Mesti pemerintah dorong program industrialisasi di bidang peternakan, agar sapi di daerah kita bisa dikirim keluar. Tetapi harus diperjelas pemetaannya seperti apa, dan kemana harus didistribusikan,” cetusnya.

Sapi NTB ini banyak diminati di daerah lain. Kebutuhan masyarakat akan daging sapi di beberapa daerah  harus diupayakan pemerintah agar stoknya dari NTB dan harga terjangkau dengan kualitas baik.

“Misal dihari-hari besar keagamaan seperti lebaran puasa dan lebaran haji kebutuhan akan daging  dari waktu ke waktu terus meningkat,” bebernya. (rif)

Exit mobile version