Mataram, Katada.id – Pemerintah Provinsi NTB tengah mendorong percepatan investasi di daerah, namun dihadapkan pada dilema antara angka realisasi yang tinggi versus dampak nyata bagi masyarakat. Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar menghadiri Rapat Percepatan Investasi Provinsi NTB yang dipimpin Gubernur Lalu Muhammad Iqbal di Kantor Pusat Bank NTB Syariah, Kamis (16/10/2025).
Kepala DPMPTSP NTB H Irnadi Kusuma melaporkan dari target investasi sebesar Rp 61,9 triliun, realisasi hingga triwulan ketiga telah mencapai 80,2 persen. Sumbangan realisasi terbesar didominasi oleh Sumbawa Barat (Rp 36,3 T) dan Lombok Tengah (Rp 5,5 T).
Namun, Gubernur Iqbal menyoroti bahwa realisasi yang tinggi ini secara akumulatif didominasi oleh sektor tambang, yang dampaknya dinilai kurang nyata bagi daya beli masyarakat dibandingkan sektor pariwisata dan pertanian.
“Jika hanya mengejar perspektif angka bukan merupakan hal yang sulit, namun Pemprov tidak boleh terbuai akan hal itu,” tegas M. Iqbal.
Sementara itu, Bupati Najmul Akhyar memaparkan bahwa nilai investasi di KLU mencapai Rp 7,654 triliun. Namun, investasi terbesar KLU di sektor pariwisata terhambat oleh masalah regulasi.
“Puluhan tahun kawasan Gili sebagai daerah pariwisata, namun sejak keluarnya peraturan yang merubah status kawasan Gili menjadi kawasan konservasi menyebabkan banyak permasalahan dalam pengambilan keputusan dan investasi,” beber Najmul.
Sebagai solusi, Pemda KLU kini mencari peluang investasi melalui pola kerja sama ekspor-impor. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan business matching yang menghasilkan Rp 11,6 miliar serta pelepasan ekspor cengkeh.
Gubernur Iqbal menyimpulkan, terdapat tiga isu utama yang dikeluhkan investor. Di antaranya, kepastian hukum (status tanah), isu sosial (perlu rekayasa sosial), dan isu perizinan.
Gubernur menyarankan daerah agar bersikap proaktif dan mempermudah investasi, tidak hanya melalui perizinan, tetapi juga dengan menyiapkan infrastruktur pendukung seperti jalan, pengelolaan sampah, dan air.
“Pada umumnya investor tidak memikirkan ekosistem dan hal tersebutlah yang perlu kita pikirkan sehingga para investor merasa nyaman,” pungkas Iqbal. (*)













