Katada

Calon Jamaah Haji Tertua di NTB Berusia 101 Tahun, Termuda Usia 18 Tahun

Jamaah haji tertua asal Bima Abubakar Talib Ciri dan jamaah haji termuda asal Lombok Tengah Shafwatul Wida. (Istimewa)

Bima, katada.id – Sebanyak 335 Calon Jamaah Haji (CJH) asal Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan diberangkatkan ke Tanah Suci Makkah mulai 19 Mei nanti. Salah satu CJH tertua adalah Abubakar Talib Ciri berusia 101 tahun.

Abubakar merupakan warga Desa Sai, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima. Ia masuk dalam kategori porsi lanjut usia (Lansia) dan sudah cukup lama mengantri.

“Usianya 101 tahun. Beliau seorang petani dan mendaftar haji sejak belasan tahun lalu,” ungkap Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Kemenag Kabupaten Bima Ikhwan Zulkifli.

Kondisi fisik Abubakar masih cukup kuat. Ia tidak menggunakan alat bantu seperti kursi roda saat proses keberangkatan nanti hingga ke tanah suci.

Menurut Ikhwan, dari 335 CJH 2024 tersebut didominasi oleh CJH Lansia berusia 60 tahun ke atas. Kemudian paling muda, CJH berusia 20 tahun. ”Kalau dari datanya, paling banyak jamaah haji Lansia berusia 60 tahun ke atas,” bebernya.

Proses administrasi ratusan jamaah haji ini sementara dalam tahap perampungan akhir. Setelahnya, persiapan untuk diberangkatkan ke Embarkasi Lombok. Dari 335 jemaah haji tersebut dibagi dua kelompok terbang (Kloter). Kloter pertama akan diberangkatkan pada 19 Mei, sementara Kloter kedua pada 23 Mei. ”Pelepasan jemaah haji nanti rencananya di Masjid Agung Desa Godo Kecamatan Woha,” jelasnya.

Jamaah Haji Termuda Asal Lombok Tengah

Shafwatul Wida menjadi calon jamaah haji termuda di NTB. Wanita 18 tahun ini merupakan Dusun Tengari, Desa Praya, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

Shafwatul Wida yang masuk di kelompok terbang (kloter) 5 NTB akan berangkat pada Jumat, (17/5). Ia mengaku bisa berangkat ke tanah suci Makkah denga usiana yang muda mengganti ibunya. Sang ibunda telah meninggal dunia sehingga ia harus menggantikannya.

“Posisi saya sebagai CJH adalah pengganti dari ibundaku yang telah meninggal dunia. Pikiran saya campur aduk, di sisi lain sangat bahagia bisa menapakkan kaki dan melihat secara langsung lokasi seluruh sejarah penyebaran Islam di tanah suci Makkah. Di sisi lain, saya sangat sedih sebab almarhum ibu, tidak bisa melaksanakan ibadah haji,” jelas Shafwatul. (ain)

Exit mobile version