Lombok Utara, Katada.id- Debat putaran kedua berlangsung cukup sengit. Kedua pasangan calon (Paslon) terlihat mulai menyerang satu sama lain. Bahkan sempat terjadi perang jargon “Sanggup” dan“Siap” milik Paslon 01 H Djohan Sjamsu- Danny Karter Ridawan (JODA AKBAR) dan Paslon 02 H Najmul Akyar- H Suardi (NADI).
Salah satu simpatisan sekaligus Juru Kampanye (Jurkam) Joda Akbar Ardianto berpandangan, di debat kali ini Paslon JODA AKBAR dinilai sangat menguasai medan debat. Hal itu terlihat dari bagaimana setiap pertanyaan itu dijawab dengan santai dan substansial.
“Hanya saja paslon sebelah berusaha menjebak dengan pertanyaan yang sangat tidak etis layaknya cerdas cermat. Seperti merit system yang padahal sudah dijelaskan panjang lebar,”” beber mantan Ketua Komisi I DPRD KLU itu, Sabtu (28/11).
Kata dia, di debat kedua ini dirinya melihat ada beberapa pertanyaan yang tidak substansial muncul. Seperti, perihal kaitan managemen penanganan korban gempa. Pertanyaan seperti itu, kata dia, bahkan tidak perlu dijawab lagi. Sebab substansinya tentang bagaimana pembangunan di kabupaten bersinergi dengan pusat. “Itu substansi yang dibahas. Malah ditanya persoalan gempa, maka itu tidak dijawab paslon kami karena profesionalisme sesuai substansi,” sambung dia.
Menurut dia, dalam debat kali ini paslon sebelah cenderung emosi dan membuka hal tidak relevan dalam debat. Salah satunya seperti menyebutkan salah satu dusun di Kecamatan Pemenang dianggap sarang narkoba. Kemudian salah satu tempat di Tanjung dan Gangga dianggap meludahi mobilnya.
“Jadi ini hal yang tidak substantif menurut saya, dan tentu akan memancing emosi publik,” tegas dia.
Bahkan ia menyarankan, jika hal tersebut memang terjadi, maka silahkan dilaporkan. Artinya debat itu harus profesional, bukan memprovokasi.
“Ini justru memprovokasi, secara umum saya katakan JODA AKBAR yang mampu menguasai panggung” kata dia.
Sementara itu, Ketua Tim Ikhtiar Kabupaten NADI Endri Susanto mengatakan, sudah jelas didebat ke-2 Paslon NADI lah yang lebi unggul. Hal itu terlihat dari debat yang dilakukan begitu prima. Bahkan semua pertanyaan yang diberikan bisa dijawab dengan baik. Sedangkan Paslon nomor 1, ada pertanyaan yang diberikan tapi tidak bisa dijawab. Yakni kaintanya dengan soal disaster management.
“Kami juga melihat banyak pertanyaan dan jawaban tidak nyambung yang disampaikan oleh Paslon nomor 1 itu,” pungkasnya. (ham)