Lombok Utara, Katada.id – Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) menunjukkan komitmen kuatnya untuk menuntaskan permasalahan Anak Tidak Sekolah (ATS) di wilayahnya. Sebagai bagian dari program 99 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati KLU, gerakan Sapu Bersih Drop Out (Saber DO) resmi diluncurkan, Selasa (14/4) di SKB Amor-Amor Kayangan.
Acara launching Saber DO ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati Lombok Utara, H Najmul Akhyar, didampingi Ketua DPRD KLU Agus Jasmani, Kepala BPNP NTB Katman, Kepala BGP NTB, perwakilan Forkopimda KLU, Ketua GOW KLU RR Pungki Kusmalahadi Syamsuri, para Kepala OPD, Camat se-KLU, kepala desa, kepala sekolah, serta undangan lainnya.
Bupati Najmul Akhyar dalam sambutannya menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap generasi masa depan Lombok Utara. Peluncuran Saber DO dalam 99 hari masa kerjanya juga menguatkan tekad dan semangat dalam melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan.
“Agenda penting di KLU adalah persoalan pendidikan. Dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk, tentunya persoalan IPM juga menjadi tantangan serius bagi kemajuan daerah kedepannya,” kata Najmul.
Najmul juga menekankan bahwa kesejahteraan masyarakat dan angka kemiskinan sangat berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana sektor pendidikan harus menjadi prioritas bagi generasi penerus.
“Penting mengsukseskan program Saber DO untuk meningkatkan IPM KLU. Kolaborasi dengan semua pihak sangat diperlukan,” tandasnya.
Program Saber DO tidak hanya bersifat seremonial launching, melainkan memiliki keberlanjutan demi masa depan Lombok Utara yang semakin maju. Komitmen ini diharapkan dapat membuka pintu pendidikan bagi ribuan anak di KLU, mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih cerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora) KLU Adenan, dalam laporannya menyampaikan bahwa program Saber DO adalah salah satu fokus utama dalam 99 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara periode 2025-2030.
Adenan memaparkan data ATS di KLU yang cukup mengkhawatirkan. Di antaranya, 136 anak putus sekolah (Drop Out) jenjang SD, 221 anak putus sekolah (Drop Out) jenjang SMP, 315 anak lulusan SD yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, dan 613 anak lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Yang lebih mencengangkan, terdapat 924 anak di KLU yang belum pernah mengenyam pendidikan formal sama sekali.
“Data ini sebagai potret nyata tantangan yang kita hadapi. Setiap angka di dalamnya adalah harapan yang tertunda, potensi yang belum tergali, dan masa depan yang perlu kita selamatkan,” tandas Adenan.
Langkah pertama yang diambil Pemda melalui Dikbudpora adalah memvalidasi data anak putus sekolah SD, SMP, serta anak yang tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi atau belum pernah sekolah sama sekali. Selanjutnya, pihaknya akan mengadakan koordinasi intensif antara pihak sekolah/operator sekolah dengan pemerintah desa dan dusun untuk menghimpun anak-anak tidak sekolah tersebut.
Adenan menegaskan bahwa kesuksesan program Saber DO sangat bergantung pada gotong royong dan swadaya dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah kecamatan, desa, dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga tokoh adat.
“Program Saber DO hadir sebagai upaya komprehensif untuk mengidentifikasi, menjangkau, dan memberikan solusi bagi setiap anak yang terhalang untuk bersekolah,” pungkasnya. (ham)













