Katada

Kejadian di Lekok NADI Duga Sudah Terorganisir, JODA Sebut itu Fitnah

Demi keamanan usai debat ke-2, Calon Bupati Nomor 02 H Najmul Akhyar (baju putih) diantar pulang menggunakan mobil barracuda.

Lombok Utara, Katada.id- Debat kedua pasangan calon (Paslon) nomor  01 dan 02, H Djohan Sjamsu- Danny Karter Ridawan (JODA AKBAR) dan H Najmul Akhyar- H Suardi (NADI), Sabtu (28/11) berjalan panas dan menegangkan.

Hingga dalam perdebatan di segmen ke-3, H Najmul Akhyar terpancing dengan komentar H Djohan Sjamsu kaitanya dengan pengusaha  yang katanya ditekan untuk menentukan hak pilihnya.

Menanggapi itu, Najmul mengingatkan untuk tidak menyerang pribdainya. Sebab kata dia, tidak cukup waktu 1 menit 30 detik untuk menjelaskan persolan ini. Bahkan dalam forum inipun , hal itu tidak tepat untuk disampikan.

“Jadi jangan menyerang personal pak,” ucap Najmul dalam debat.

Lanjut Najmul, dalam perjalanannya menuju ke KPU KLU, mobilnya diludahi dan diteriaki oleh masyarakat di Dusun Lekok, Desa Gangga. Bahkan kata dia, dalam kejadin itu H Djohan Sjmasu tidak melakukan apapun. Najmul beranggapan kejadian itu sudah terorganisir dengan baik.

“Mohon maaf, tadi saudara-saudara kami di Lekok, yang mobil saya di ludahi dan diteriaki, anda tidak melakukan apa-apa, dan ini seperti sesuatu yang diorganisir dengan baik,” jelas dia.

Senada, Ketua Tim Ikhtiar Kabupaten NADI,  Endri Susanto mengatakan hal yang sama. Dalam perjalan terdapat banyak kerumunan orang yang menggunaka atribut JODA dan Paprol pendukung yang mengganggu perjalan ke KPU. Bahkan ia menilai kejadian itu adalah upaya provokasi yang diagendakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan tujuan merusak pesta demokrasi ini.

“Mereka menghalau pandangan dengan bendera partai. Saya melihat ini provokasi yang diagendakan oleh orang tidak bertanggung jawab, yang ingin merusak iklim demokrasi di paer dayan gunung,” tegas dia, Minggu (29/11).

Apa yang sudah terjadi, ia memberikan hak kepada masyarakat untuk menilainya. Pihaknya bersama Tim NADI akan terus menjaga kondusifitas KLU demi terwujudnya Pilkada damai. Ia kembali menegaskan, bahwa soal mobil H Najmul diludahi itu memang benar adanya. “Tapi memang, lagi-lagi kita tidak tahu siapa orang tersebut, karena itu kerumunan orang,” jelas dia.

Kata dia, untuk perosalan pelaporan, saat ini tim Hukum NADI masih melakukan analisa. Sebab, akibat kejadian itu H Najmul terlambat sampai ke acara debat. Ia berharap di Pilkada ini seluruh masyarakat KLU tetap melakukan kehidupan seperti biasanya. Adapun pesta demokrasi di daerah saat ini, mari dilakukan dengan tenang dan damai.“Karena soal beda pilihan itu hal yang biasa, tapi pembangunan Lombok Utara harus tetap berlanjut,” sambungnya.

Sementara itu, Juru Kampanye Paslon JODA AKBAR  Ardianto menegaskan, kejadian yang menimpa H Najmul jangan sebut diseting. Sebab hal itu harus bisa dibuktikan kebenarannya. Menurut dia, kejadian itu hanya sebagai bentuk gerakan spontanitas masyarakat untuk mendukung dan mensuport Paslon yang didukungnya.

“Jadi jangan diandai-andai apa yang terjadi ini, karena itu adalah bentuk antosias masyarakat KLU terhadap jagoannya,” tegas dia.

Ketua Harian JODA AKBAR Marianto menambahkan, semestinya dalam situasi memanas ini tidak sepantasnya hal seperti itu disampikan ke publik. Terlebih lagi kebenarannya masih bersifat relatif, yang bisa memicu kondisi semakin memanas. Sebab akibat statement yang dikatakan oleh H Najmul saat debat membaut masyarakat Lekok bereaksi.

“Sebagai calon pemimpin mestinya menyejukan ruang publik, agar pesta demokrasi berjalan dengan baik,”

“Sekali lagi kejadin semalam itu adalah spontanitas, bukan setingan, itu benar-benar fitnah,” ujar dia.

Salah satu tokoh pemuda Dusun Lekok, Dedy Romi Harjo menyayangkan kejadian didebat tersebut. Padahal kata dia, sebagai tokoh di KLU, tidak sepantasnya langsung menjustice masyarakat Lekok yang melakukan intimidasi dengan meludahi mobilnya. Terlebih lagi tensi politik saat ini dalam kondisi sangat tinggi.

“Seharusnya pak Najmul bisa menempatkan diri dengan keadaan, mungkin bisa saja menggunakan bahasa yang adem yang tidak membuat sabagian besar masyarakat yang ada di Lekok geram,” tegas dia.

Kata dia, sejak awal pihaknya tidak begitu merespon isu yang berkembang. Namun ketika dalam debat tersebut H Najmul blak-blakan menyebut masyarakat Lekok telah mengintimidasinya. “Saya sangat tersinggung,” sambungnya.

“Kalaupun  merasa dirugikan karena diludahi, seharusnya tim atau pribadinya  menempuh jalur hukum,bukan malah menambah suasana jadi makin tidak kondusif,” pungkasnya. (ham)

Exit mobile version