Lombok Utara, Katada.id – Kementerian Riset dan Teknologi Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melirik pengembangan budidaya madu trigona di KLU. Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Teknologi Kemenristek BRIN Danang Rizki Ginanjar dan Staf Khusus Bidang Mitra Luar Negeri dan Perguruan Tinggi Kemendes PDTT Dodi Pranata Wijaya mengunjung langsung petani madu trigona binaan LPPM Universitas Mataram di Desa Salut Kayangan, Selasa (13/10).
Plt Bupati Lombok Utara H Sarifudin mengatakan, kedatangan stafsus kementerian memotivasi masyarakat desa mengembangkan produk unggulan Madu Trigona. Madu Tigona menjadi produk unggulan budidaya pada aspek pertanian dan peternakan.
“Dulu pernah kita didampingi juga NGO dalam pengembangan ini. Kedepannya, desa-desa lain bisa dikembangkan pula Madu Trigona sehingga dapat kita jadikan produk unggulan,” ujar dia.
Kata Sarifudin, Pemda KLU sudah memberdayakan petani Madu Trigona hampir dua tahun. Kelompok ini awalnya dilakukan secara swadaya. Selain Desa Salut, kelompok serupa juga ada di Desa Sukadana dan Desa Mumbul Sari.
Terkait pasar Madu Trigona, Sarifudin mengatakan, kelompok masih menjual dengan cara biasa. Namun mengingat permintaan yang banyak, ke depan produksi besar harus disiapkan pasar dengan matang.
Ia berharap pemerintah pusat dan provinsi memberikan perhatian khusus kepada KLU. Ini mengingat usia KLU baru 12 tahun, dan harus mengejar ketertinggalan dengan kabupaten lain.
Sementara itu, Stafsus Bidang Komunikasi dan Teknologi Kemenristek BRIN Dadang Rizki Ginanjar mengatakan, dirinya bersama Stafsus Kemendes PDTT menginisiasi sebuah program yang baru. Program itu dilaunching pada Agustus lalu, yaitu Program Desa Berinovasi.
“Desa Salut merupakan desa awal yang kami kunjungi. Kita ingin Desa Berinovasi membawa teknologi, dan terapan ilmiah. Bagaimana akademisi tidak hanya belajar dengan buku tapi belajar bareng dengan masyarakat di lapangan. Tripoholic, ada pemerintah, akademisi dan dunia bisnis,” jelas dia.
Kata dia, saat ini madu yang paling terkenal di dunia adalah Manuka Honey, madu dari New Zealand. Namun setelah diuji kandungannya, Madu Trigona Lombok masih lebih bagus. Sebab itu, saat ini yang perlu ditingkatkan adalah pengemasan supaya berkompetisi dengan madu New Zealand. Begitu juga kuantitasnya sehingga nanti bisa menghasilkan 24 ton bahkan dua kali lipat.
“Pada akhirnya bisa menyejahterakan masyarakat dan bisa mengekspor Madu Trigona Lombok ke luar negeri,” kata dia.
Dadang mengatakan, saat ini juga perlu pembinaan swadaya masyarakat. Swadaya bekerja ini diyakini bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan membuka pasar. Adanya swadaya masyarakat multipihak di Desa Salut, kata dia, menjadikannya sebagai percontohan untuk Desa Berinovasi. Nantinya madu di Lombok bisa dikonsumsi secara nasional bahkan internasional.
“Prospeknya saat ini sudah 5,9 ton per siklus, hampir 24 ton dalam setahun. Kalau kita perbanyak dengan teknologi, maka kita yakin madu di Desa Salut ini branding tropis madu ala Indonesia,” tandas dia.
Stafsus Bidang Mitra Luar Negeri dan Perguruan Tinggi Kemendes PDTT Dodi Pranata Wijaya berharap Desa Salut menjadi salah satu desa binaan pilihan dari Program Desa Berinovasi, program dari Kemenristek BRIN dan Kemendes PDTT.
Dalam waktu dekat, menteri akan berbicara testimoni desa-desa di Indonesia pada kancah international. Menurutnya, pada kesempatan kali ini, pihaknya hadir sebagai tim asesmen Desa Berinovasi. Desa Salut sebagai desa binaan dalam pemberdayaan program.
“Kita berharap pada tahun 2021, madu trigona bukan hanya terkenal di nasional saja tetapi di kancah internasional,” harap dia.
Mewakili Ketua LPPM Unram, Prof Muliartha mengatakan Desa Salut nantinya menjadi percontohan desa yang dikembangkan sebagai Desa Wisata Trigona. Ada pula binaan terkait kopi, gula merah, yang hampir menghasilkan 10 ton per bulan.
“ Ada pula black garlic sudah diekspor ke luar negeri,” tutup dia.(ham).