Mataram, katada.id- Usia muda sering dipandang sebagai rintangan. Namun, bagi sebagian orang, justru menjadi kekuatan penggerak: momentum terbaik untuk berdedikasi dan menorehkan pencapaian bermakna. Kisah ini tercermin dalam perjalanan Prof. Dr. Kurniawan, S.H., M.Hum. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram).
Bagaimana tidak? Di usia 42 tahun, ia ditetapkan sebagai Guru Besar Ilmu Hukum, memecahkan rekor sebagai yang termuda di Unram. Gelar itu diraih melalui ketekunan, dengan angka kredit mencapai 859 poin. Angka yang mencerminkan produktivitas riset, pengabdian, dan kegiatan akademiknya.
“Saya yakin jika kita tekun dan ulet, dengan sendirinya gelar Guru Besar itu bisa diraih,” ungkapnya pada 2019, usai ditetapkan sebagai Guru Besar, dikutip dari situs resmi Unram.
Dari Desa Sederhana Menuju Puncak Karier
Di balik kisah suksesnya, Prof. Kur, sapaan akrabnya, ternyata lahir di sebuah desa di tengah Pulau Lombok, tepatnya Desa Ranggagata, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, 1977 silam.
Ia tumbuh dalam balutan keluarga sederhana: membentuk pribadinya menjadi rendah hati dan bersahaja.
Guru Besar termuda di kampus hijau itu memulai pendidikan akademiknya di Fakultas Hukum Unram. Ia kemudian melanjutkan S-2 di Universitas Parahyangan, Bandung, dan menyelesaikan S-3 di Universitas Brawijaya, Malang, dengan fokus pada hukum bisnis.
Sejak 2003, ia mengabdikan diri sebagai dosen. Ruang kelas, forum ilmiah, dan kegiatan pengabdian masyarakat menjadi rumah keduanya.
Jabatan Sarana Pengabdian
Ketekunan dan kepemimpinannya membuatnya dipercaya dengan amanah besar. Di tingkat fakultas, ia terpilih sebagai Wakil Dekan II yang membidangi urusan umum dan keuangan selama dua periode. Di bawah kepemimpinannya, fakultas mengalami kemajuan signifikan, semakin kompetitif di tingkat nasional dan internasional.
Kiprahnya semakin menonjol ketika diamanahkan sebagai Wakil Rektor II Unram, membidangi urusan umum dan keuangan, di bawah Rektor Prof. Lalu Husni (2018-2022).
Jabatan ini diraih melalui seleksi terbuka. Ia juga menjabat posisi yang sama selama sembilan bulan di era Rektor Prof. Bambang Hari Kusumo.
Mengemban posisi prestisius tak mengubah kepribadiannya. Di berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa jabatan hanyalah sarana pengabdian, tujuan utama memberi manfaat bagi banyak orang.
Ukir Pencapaian Bermakna
Deretan pencapaian berdampak lahir selama memimpin bidang umum dan keuangan Unram. Baik di bawah Prof. Husni maupun Prof. Bambang. Ia memastikan pembangunan kampus berkelanjutan, pengelolaan keuangan transparan dan akuntabel, serta laporan anggaran sesuai standar.
Peningkatan mutu dan kuantitas tenaga pengajar menjadi prioritas. Aspek kesejahteraan pegawai diperhatikan, termasuk kenaikan gaji dan terobosan pemberian uang lauk-pauk bulanan.
Badan Pengembangan Usaha (BPU) Unram diberdayakan secara optimal. Pembangunan Unram Residence, kawasan hunian komersial dengan konsep Green living Home tak lepas dari perannya. Sebagai koordinator MoU pembangunan: kolaborasi Unram dengan pengembang ternama di NTB.
Putra kelahiran Lombok Tengah ini, juga menjadi aktor kunci dalam pengembangan dan penataan universitas, mulai dari trotoar terintegrasi yang menghubungkan rektorat dengan fakultas-fakultas, pengembangan tangga lift rektorat, hingga renovasi dan penataan taman gerbang utama yang kini tampak cantik dan megah.
Rendah Hati dan Deliberatif
Bagi pegawai dan mahasiswa Unram, Prof. Kur adalah figur rendah hati dan deliberatif, yang membuatnya disegani.
“Prof. Kurniawan itu penggerak yang dinamis, visioner, dan dekat dengan semua kalangan. Ia pendengar yang baik juga pengarah yang berwibawa,” ungkap seorang pegawai yang meminta identitasnya tidak disebutkan, Minggu, (12/10).
Ia sangat dekat dengan mahasiswa, memahami aspirasi mereka, dan selalu mencari win-win solusi. Ia kerap turun tangan langsung menjelaskan kebijakan kampus. Ruang diskusi dibuka luas, sehingga di periode 2018-2022, tak ada gejolak berlebihan dari gerakan mahasiswa yang berujung konflik serius.
Mengisi Pembangunan Negeri
Eks Wakil Rektor II Unram itu, tak hanya mengabdi di kampus. Ia aktif memberi dampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara melalui kuliah umum, seminar, serta tulisan di jurnal ilmiah.
Ia menjabat sebagai Ketua Takmir Masjid Baiturrahman, Suradadi Timur, Karang Baru, Mataram, sejak 2012. Ia menjadi panelis debat Pilkada NTB 2024 dan Pilkada Kota Mataram 2020, tenaga ahli di sejumlah daerah seperti Kota Mataram, Lombok Utara, dan Lombok Tengah.
Ia juga anggota panitia seleksi KPU dan Bawaslu NTB. Selain itu, ia menjabat sebagai Majelis Pengawas Wilayah Notaris NTB periode 2023-2026.
Karya dan pengalamannya tak hanya dibaca di ruang akademik, tapi menjadi rujukan bagi praktisi hukum, mahasiswa, dan masyarakat.
Kisah ini membuktikan bahwa usia muda dan latar belakang desa bukan penghalang, melainkan energi yang memacu semangat untuk terus mengukir prestasi. (*)