Katada

Ngasuh Gumi, Masyarakat Adat Kuburkan Kepala Kerbau di Gunung Malang

Masyarakat adat Kabupaten Lombok Utara (KLU) tengah mengubur kepala kerbau di Gunung Malang.

Lombok Utara, Katada.id- Masyarakat adat Kabupaten Lombok Utara (KLU) melakukan ritual adat Ngasuh Gumi Paer Dayan Gunung, Senin (1/11). Event terakhir karya anak agung ini ditandai dengan ritual mengubur kepala kerbau di Gunung Malang.
Bupati Lombok Utara H Djohan Sjamsu menuturkan, ritual adat Ngasuh Gumi dilakukan berkaitan dengan adanya pelebaran jalan Pusuk Gunung Malang. Pelebaran jalan tersebut membuat sebagian pohon di sekitar jalan rusak.

“Ritual ini untuk menolak bala atau petaka di jalan tersebut,” ujar dia.

Pelebaran jalan tersebut merupakan usulan Pemda ke Gubernur NTB. Saat itu ada dua LSM yang menolak rencana pelebaran tersebut. Namun pelebaran jalan tersebut untuk kepentingan KLU sehingga pihaknya memberikan dukungan.

“Saya berterimakasih kepada Gubernur. Masyarakat Lombok Utara juga mendukung sepenuhnya pelebaran jalan ini,” jelas dia.

Pria asal Gangga itu mengatakan, ritual adat ini merupakan kepedulian masyarakat memelihara alam dan sekitarnya. Sehingga tidak salah jika di lambang daerah terdapat kata Tioq Tata Tunaq.

“Artinya tumbuh, kelola dan pelihara atau disayangi. Jadi bumi dan sekitarnya jadi tanggung jawab kita semua,” jelas dia.

Djohan menegaskan, Pemda mendorong agar adat istiadat Dayan Gunung ini terus dilestarikan. Hal ini menjadi salah satu kebanggaan KLU untuk menarik wisatawan mancanegara.

“Karena Lombok Utara lengkap. Ada objek wisata pantai, wisata Gunung Rinjani, ada wisata religi dengan masjid kunonya hingga wisata adat yang terus terjaga hingga saat ini,” tandas dia.

Mangku Bajang Raden Prawangsa Jaya Ningrat mengatakan, rangkaian peristiwa ini berkaitan dengan proyek fisik di Pusuk. Sehingga ke depannya memberikan dampak baik terhadap semua pengguna jalan tersebut.

“Perlu diketahui, kami masyarakat adat tidak pernah yang namanya menghalangi pembangunan di sini. Hanya saja ada adat istiadat yang perlu dilakuan,” jelas dia.

Masyarakat adat Dayan Gunung, kata dia, masih menyimpan prosesi adat Ngasuh Gumi. Raden Prawangsa mengaku cukup berat menjalankan itu mengingat tidak semua daerah menjalankannya.

“Makanya mohon bantu kami jaga adat ini. Sebab kami tidak wariskan harta benda dan jabatan, tapi adat ini,” ujar dia.
“Bantu kami mempertahankan adat ini, mohon untuk dilestarikan,” pungkas dia. (ham)

Exit mobile version