Katada

Pemda KLU Lakukan Pengkajian Mendalam Terhadap Keberadaan Sepeda Listrik di Gili Tramena

ALAT TRANSPORTASI: Barisan sepeda kayuh yang terparkiri di tepi jalan yang ada di Gili Trawangan, belum lama ini.

Lombok Utara, Katada.id- Mengakomodir aspirasi masyarakat dan menjaga keseimbangan ekosistem transportasi di Gili Trawangan Meno, dan Air (Tramena), Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Utara (KLU) tengah melakukan kajian mendalam terkait perencanaan keberadaan sepeda listrik di kawasan tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) KLU Parihin mengatakan, kajian ini muncul sebagai respons terhadap aspirasi masyarakat Trawangan, yang menginginkan adanya akomodasi sepeda listrik. Pada rapat internal beberapa waktu lalu yang dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) KLU, diskusi mengenai isu ini menghasilkan pendapat yang beragam. Sebagian pihak menyatakan setuju dan sebagian lainnya tidak setuju.

“Dalam rapat tersebut, kami menyadari bahwa keputusan apapun yang diambil nantinya tidak akan bisa memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melakukan kajian mendalam melalui Dinas Perhubungan,” ujar Parihin pada Senin (23/9).

Kajian yang sedang disusun ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah total sepeda listrik yang ada di Gili dan menentukan berapa idealnya sepeda listrik yang diperbolehkan untuk masing-masing pulau. Selain itu, kajian ini juga akan mempertimbangkan apakah sepeda listrik tersebut akan disewakan kepada wisatawan atau digunakan khusus oleh masyarakat setempat.

“Kami perlu mengetahui apakah sepeda listrik ini nantinya untuk disewakan atau khusus untuk digunakan oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan kenyamanan di pulau-pulau Gili,” terangnya.

Hasil dari kajian ini akan menjadi dasar bagi Pemda untuk membuat keputusan apakah perlu merevisi peraturan daerah (Perda) terkait atau mengambil langkah lain yang sesuai. Untuk memastikan kajian ini berjalan objektif dan mendalam, Pemda berencana melibatkan pihak ketiga dari kalangan akademisi, seperti dari Universitas Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram, atau institusi lainnya.

Namun, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah pendanaan untuk pelaksanaan kajian.

“Saat ini, dana untuk melakukan kajian tersebut belum tersedia. Kami berencana untuk mengajukan bantuan anggaran dari APBD perubahan,” jelas Parihin.

Selain sepeda listrik, kajian ini juga akan meliputi penentuan jumlah ideal kendaraan lain yang ada di Gili, termasuk sepeda gayung dan Cidomo (kereta kuda tradisional). Hal ini dilakukan untuk memastikan transportasi di Gili tetap ramah lingkungan dan tidak mengganggu kenyamanan wisatawan maupun masyarakat setempat.

“Kami akan membahas lebih lanjut dalam rapat internal karena banyak hal yang perlu dikaji secara menyeluruh,” pungkasnya. (ham)

Exit mobile version