Mataram, katada.id – Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) Universitas Mataram (Unram) telah menetapkan kemenangan pasangan Wahyu dan Galuh sebagai Ketua dan Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (Bem) Unram periode 2020-2021 secara aklamasi.
Proses aklamasi itu berdasarkan berita acara KPRM bernomor 005/Pan pel. KPRM/UM/IX/2020. Keputusan aklamasi itu dilakukan pada hari Kamis (26/11/2020), dengan mempertimbangkan serta memperhatikan persyaratan yang telah di kumpulkan pasangan calon pendaftar.
“Hasilnya memutuskan dan menetapkan pasangan calon atas nama Wahyu Adi Guna dan Galuh Savitri Maharani sebagai Ketua dan Sekretaris Bem Unram terpilih secara aklamasi dengan satu-satunya calon yang memenuhi persyaratan,”kata Ketua KPRM Unram, Ahmad Syafwan Hidayat kepada media ini.
Ketua Bawasra Unram, Fauzi Maha Adiyatma mengatakan bahwa Pemira Bem Unram telah dilewati secara aman dan damai. Dikatakan proses aklamasi dalam Pemira ialah kelaziman dari sebuah demokrasi Unram. Tidak hanya kali ini proses aklamasi di kampus pun terjadi ditahun-tahun sebelumnya.
“Hasilnya itu harus diakui sebagai suatu keputusan bersama dan konsekuensi dari berdemokrasi. Seperti dulu tahun 2015 pernah terjadi proses aklamasi. Ini kali kedua dilakukan proses aklamsi di Unram,” bebernya.
Proses aklamasi itu, bukan berarti kekurangan figur mahasiswa di Unram. Terus terang ada beberapa calon yang ikut mendaftarkan diri pada Pemira kali ini.
“Ada tiga pasangan calon yang ikut mendaftarkan diri. Tetapi dua pasangan calon lainnya secara administrasi di nyatakan tidak lolos secara verifikasi pemberkasan. Karena dianggap belum lengkap. Tentu prosedur yang harus di ikuti telah kita tekankan kepada semua calon agar mengikuti syarat yang ditentukan. Hingga hasilnya yang terseleksi satu orang yang memenuhi syarat,” terangnya.
Terpisah, Ketua Bem terpilih Unram, Wahyu Adi Guna menyampaikan rasa syukur atas terpilihnya sebagai nahkoda baru pada Pemira Bem Unram periode 2020-2021.
Kata dia, mandat aklamasi yang berikan kepada dirinya adalah kepercayaan yang mahal. Berkesempatan memimpin mahasiswa Unram itu momentum untuk memperbaiki paradigma mahasiswa yang apatis, oportunis dan pragmatis. Dari kepercayaan ini, dirinya berharap dapat memberikan kontribusi besar untuk Almamater, Daerah, Ummat dan Bangsa.
“Menahkodai organisasi yang bernama Bem Unram. Saya merasa bersyukur telah mendapatkan kesempatan ini. Kedepan bisa memberikan perubahan yang lebih progresif, baik di internal Bem maupun di lingkungan sosial kemasyarakatan,” ujar Wahyu kepada media katada.id. Selasa, (1/12).
Selain itu, Wahyu mengutarakan komitmen atas amanah itu merupakan tanggung jawab yang begitu besar. Bahwa memimpin Bem Unram tidaklah mudah. Dipundak Wahyu dan Galuh pula lembaga eksekutif mahasiswa ditingkat universitas, kedepan lebih peka terhadap isu aktual dilingkungan kampus. Seperti responsif dan proaktif mengadvokasi setiap masalah dan kebutuhan normatif mahasiswa dan masyarakat luas.
Semua itu tidak akan berjalan dengan baik. Jika tidak beriringan bersama. Artinya sangat dibutuhkan keterlibatan semua elemen mahasiswa untuk menghimpun kekuatan bersama demi menjadikan Unram yang unggul.
“Ada tantangan besar kedepan yang harus kami hadapi. Yaitu merangkul dan merajut kesamaan fikiran mahasiswa dalam membangun kekuatan bersama demi menjaga nama besar kampus Unram,”cetusnya.
Sementara Sekretaris terpilih Bem Unram, Galuh Savitry Maharani menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan semua elemen mahasiswa di Unram. Sehingga mengantarkan mereka sebagai jawara atau pemenang secara aklamasi pada Pemira Bem Unram periode 2020-2021.
“Alhamdulillah Ya Robbalallamiin, tentunya sangat bersyukur sekali, karena ini merupakan sebuah amanah besar dan tanggung jawab besar. Lewat momentum ini dan di kesempatan yang besar ini pula, dari beberapa misi yang akan saya programkan diharapkan mewujudkan Unram yang unggul, ramah pikiran dan ramah distabilitas,” pangkasnya.
Disisi lain, Galuh menggaungkan pentingnya peran perempuan. Dimana saatnya perempuan bisa tampil dengan percaya diri disetiap momentum demokrasi kampus. Hal ini tentu sebagai pembelajaran juga pendidikan politik perempuan ditingkat mahasiswa.
“Yang terpenting adalah, bagaimana mematahkan stigma yang selama ini mendoktrin pikiran kita bersama, bagaimana perempuan dianggap remeh, gender yang lemah, dan kurang dipercaya dalam persoalan memimpin.” ujar Galuh. (rif)