Katada

Pengadaan benih jagung dan kedelai 2016 hingga 2020 di Dompu diduga bermasalah, DPRD NTB akan panggil Dinas Pertanian

Ketua aliansi SIMAJU saat melakukan hearing bersama dewan dapil VI Di ruang komisi II DPRD NTB

Mataram, katada.id – Pengadaan benih jagung dan kedelai dari tahun 2016 hingga 2020 di Kabupaten Dompu diduga bermasalah. Bahkan muncul tudingan benih bantuan diduga diperjualbelikan oknum di Dinas Pertanian Dompu.

Hal itu mengemuka saat Aliansi NTB Maju (SIMAJU) hearing bersama Dewan Dapil VI di ruang Komisi II DPRD NTB, Selasa (2/2).

Ketua Aliansi NTB Maju (SIMAJU) Samsudin mengaku, sebagian besar petani harus mengeluarkan dana pribadinya untuk mendapatkan kebutuhan pertanian. Petani harus mengeluarkan uang hingga Rp1 juta untuk membeli satu dus benih jagung.

“Benih ini harusnya bantuan. Tetapi diperjual belikan oknum tertentu. Kami menduga itu Dinas Pertanian Kabupaten Dompu menyalahgunakan jabatan untuk memperkaya diri sendiri,” tudingnya.

Dari data yang mereka kumpulkan di lapangan, pada tahun 2016-2020 adanya dugaan penimbunan benih bantuan jagung dan kedelai. Termasuk pengadaan alat pertanian berupa traktor ke kelompok petani yang diduga fiktif. “Kami berharap ini bisa diatensi Dewan NTB,” tukasnya.

Sementara Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, Abdul Rauf akan menindaklanjuti pengaduan tersebut. “Kami sudah catat untuk dikoordinasikan ke dinas terkait. Sehingga tidak ada lagi masalah benih di Petani,” terang Abdul Rauf .

Jika bantuan benih bersumber dari APBD NTB, ia berjanji akan menindaklanjuti dengan mengklarifikasi Dinas Pertanian. Kalau bantuan itu bersumber dari APBN, pihaknya akan koordinasi dengan Kementrian Pertanian.

“Kalau ini menjadi temuan di Dinas Pertanian, kita akan ngecek dan mengingatkannya, atau memanggil dinas terkait untuk klarifikasi,” tegasnya.

Anggota DPRD NTB Dapil VI, Akhdiansyah atau sapaan akrab Guru To’i menyikapo pengaduan mahasiswa. Meski baru bersifat asumsi, ia tetap akan menindaklanjuti.

Ia menerangkan, masyarakat di Kabupaten Dompu memang mayoritas petani jagung. Terkait adanya masalah bantuan bibit hingga pupuk subsidi, menurut Guru To’i semacam problem klasik.

“Kita masih mencari mekanisme terbaik untuk menghindari praktek semacam itu. Mulai dari pemerataan penerimaan pupuk subsidi dan bibit yang berkualitas harus betul-betul diperhatikan,” pungkas dia. (rif)

Exit mobile version