Mataram, katada.id – Kongres Nasional (Konas) XX Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) resmi dibuka di Hotel Lombok Raya, Kamis (30/10).
Kegiatan ini menjadi forum penting bagi sekitar 1.300 dokter spesialis THT-KL yang hadir secara langsung dari total 2.250 anggota di seluruh Indonesia.
Acara yang berlangsung secara meriah ini diikuti secara daring oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Mendiktisaintek Brian Yuliarto. Sementara secara offline, hadir Asisten I Setda Provinsi NTB Fathurrahman, Rektor Universitas Mataram Prof. Bambang Hari Kusumo, dan tamu undangan lainnya.
Ketua Panitia Konas XX PERHATI-KL, Prof. Hamsu Kadriyan, menekankan bahwa tujuan utama kongres kali ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, Kongres juga akan memilih ketua baru untuk periode tiga tahun ke depan.
“Tujuan akhir adalah pertama ilmu pengetahuan lalu kemudian juga skill. Kita juga akan melakukan pemilihan ketua baru tiga tahun kedepannya. Tetapi yang paling penting bahwa kita perlu silahturahmi,” ujar Prof. Hamsu.
Ia juga mengungkapkan rasa syukur atas tingginya antusiasme, di mana sekitar 1.300 dari 2.250 anggota dokter spesialis THT-KL berkesempatan hadir di Lombok.
Dalam konteks kemajuan teknologi, Prof. Hamsu menyoroti bahwa banyak inovasi muncul dari anggota, salah satunya adalah penemuan “robot pintar” untuk membantu dokter. Inovasi lainnya termasuk alat IMT unit yang menunjukkan kemampuan dokter spesialis THT-KL untuk memproduksi alat kesehatan dalam negeri.
“Jadi salah satu temuan teman-teman ini adalah robot pintar. Itu untuk membantu dokter. Teman-teman yang lain juga sudah menemukan beberapa alat IMT unit. Kita punya kemampuan untuk memproduksi dalam negeri kekosongan atau kekurangan di daerah-daerah,” jelasnya.
E-Voting untuk Ketua Baru
Guna menjamin transparansi dan kecepatan, pemilihan ketua umum PERHATI-KL ke depan akan menggunakan sistem elektronik.
“Kita sudah menyiapkan kaya model voting elektronik. Peserta setelah di pastikan barcode nya benar lalu akan memilih dengan centang aja,” kata Prof. Hamsu.
“Nanti akan terekap di komputer. Nanti akan ada timses masing-masing calon yang akan jadi saksi. Tidak ada kecurangan dengan sistem baru. Bisa cepat pemilihan,” sambung dia.
Tantangan Layanan Dasar THT di Rumah Sakit
Sementara itu, Ketua Umum PERHATI-KL Indonesia, Yussy Apriani Dewi, menyoroti masalah mendasar terkait pelayanan THT di Indonesia. Dari 3.000 rumah sakit (RS), sekitar 600 di antaranya belum memiliki peralatan THT dasar sehingga tidak bisa masuk dalam klasifikasi pelayanan minimal.
“Sekitar 600 Rumah Sakit di Indonesia yang ada dokter THT nya tetapi tidak masuk ke dalam stratifikasi itu jadi tidak bisa bekerja disitu. Kenapa? Karena dia tidak punya peralatan dasar THT,” ungkap Yussy.
Ia melanjutkan, pihaknya telah berdialog dengan Menteri Kesehatan untuk pemenuhan alat-alat tersebut. Yussy juga menyebutkan upaya untuk mencari alat kesehatan berkualitas dengan harga lebih efisien, bahkan mempertimbangkan produsen dari China dan India, di mana harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan Eropa (sekitar $6.000 berbanding $8.000).
“Kalau di Eropa $ 8.000 sementara untuk di China hanya $ 6.000,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Ketua PERHATI-KL NTB, dr. Mochamad Alfian Sulaksana, berharap adanya dukungan dari Kemenkes agar dokter THT bisa mendapatkan alat-alat, khususnya untuk terapi kelainan bawaan lahir.
Ia juga berharap agar pengadaan alat-alat dapat beralih dari Amerika dan Eropa ke produk Asia, seperti Korea dan China.
“Harapan teman – teman THT ini bisa mendapatkan alat – alat khususnya terapi dari pada kelainan bawaan lahir,” jelasnya. (*)













