Lombok Utara, Katada.id- Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) bergotong royong membersihkan sampah di Gili Trawangan, Jumat (02/02/2024).
Dipimpin Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto Ridawan, ratusan orang yang terdiri dari kepala OPD, ASN, non ASN, TNI/Polri, masyarakat sekitar hingga wisatawan domestik maupun mancanegara ikut dalam kegiatan tersebut.
“Ini kita harapkan sebagai kegiatan gotong royong, berpikir bagaimana seluruh pihak berkolaborasi menangani persoalan sampah, khususnya di Trawangan,” ujar Danny.
Dituturkannya, TPST Gili Trawangan kini terdapat gunungan sampah yang butuh penanganan serius. Gunungan sampah ini berasal dari sampah yang telah menumpuk selama bertahun-tahun. Sebab itu, perlu kolaborasi untuk menemukan formulasi menuntaskan persoalan sampah tersebut.
“Tidak hanya di Trawangan, tapi juga Air dan Meno,” sambungnya.
“Mudahan kedepannya penanganan sampah di Trawangan ini bisa dimaksimalkan lebih baik lagi,” imbuhnya.
Berbicara soal penanganan sampah harian, dirinya meminta warga dan pengusaha melakukan pemilahan sampah dari sumbernya. Artinya, dipisahkan antaran sampah organik dan non organik sebelum dibuang.
“Makanya sekarang bagaimana kita berkomitmen memilah dan memilih, jadi supaya tidak ada sampah yang numpuk seperti ini, mudahan residunya saja yang tersisa,” terangnya.
Terkait penanganan sampah ini, Danny mengaku masih didiskusikan bersama seluruh stakeholder. Apakah diangkut bertahap keluar dari TPST Trawangan. Sementara ini, dirinya berharap penanganan sampah di Trawangan bisa dituntaskan dengan pola pemilahan.
“Saya harapkan seluruh pihak agar sama-sama menyelesaikan persoalan sampah ini,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kawasan Pemukiman (DLHKP) Rusdianto menjelaskan, kemampuan pemerintah dalam mengatasi sampah di pulau sangat terbatas. Maka dibutuhkan rumusan dan kajian dari para ahli untuk mendapatkan formula yang pas.
Saat ini untuk mengatasi persoalan pemerintah mengandeng KSM yang membawa sampah dari depan ke belakang. Tentu perkara ini disebutnya belum bisa mengatasi persoalan gunungan sampah di pulau.
“Kita mengajak semua masyarakat untuk bergerak sama pikirkan apa yang bisa kita diperbuat. Selama ini kita gandeng KSM, sehingga ke depan apakah kita akan tambah kelompok baru atau bagaimana, supaya timbunan sampah harian bisa diselesaikan karena kalau tidak selesai ini (TPST, Red) menjadi beban,” jelasnya.
Volume sampah di pulau tersohor dunia ini, lanjut Rusdianto, cukup tinggi ketika high season beban sampah tembus diangka 18 ton kendati ketika hari biasa volume sampah berada dikisaran 7 sampai 8 ton. Hal ini menjadi pelik ketika kemampuan memilah dan mengelola sampah yang bisa dimanfaatkan ulang hanya sekitar 2 sampai 3 persen dari total volume sampah.
“Dari jumlah total sampah itu kemampuan memilah dan mengelola kita hanya sekitar 2-3 persen, karena belum optimal, ini jadi PR kami sambil cari formula, apa yang pas kita bawa ke pinggir (darat) residunya atau seperti apa,” pungkasnya.(Ham)