Mataram, katada.id – Sekretaris DPW Partai Perindo NTB M Nashib Ikroman menyikapi pernyataan Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi perihal arah dukungannya dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB 2024.
Diketahui, TGB membuat pernyataan mendukung Zulkifliemansyah. Namun ia tidak menyebutkan secara gamblang mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTB Zulkifliemansyah dan Suhaili FT (Zul-Uhel).
Ikroman menilai, narasi politik belakangan ini sepertinya ada yang sengaja melakukan fait accompli atas pernyataan TGB dalam yang disebar di media sosial maupun dikutip media massa.
“Padahal, TGB tidak satu kalimat menyebut dukungan langsung terhadap Paslon (pasangan calon) tertentu,” ujar pria yang biasa disapa Achiev ini, Selasa (5/11).
Seharusnya, menurut anggota DPRD NTB ini, semua pihak menghormati sikap TGB yang pernah disampaikan langsung di media diawal masa Pilkada, bahwa beliau tidak ikut-ikutan dalam urusan Pilgub.
“Namun, sepertinya ada pihak yang terus berupaya menarik-narik beliau dalam pusaran politik, untuk kepentingan sendiri. Kita sudah mafhum, siapa pihak tersebut. Mungkin pihak tersebut sedang panik secara elektoral. Kita mafhum sajalah,” ujarnya.
Peneliti Hamzanwadi Institute ini menjelaskan soal penegasan TGB mengenai sikap NWDI secara organisasi tidak mendukung Rohmi-Firin. Bagi Achiev, hal ini juga bukan hal baru, sebab sudah disampaikan TGB jauh hari sebelumnya di media massa. “Hal ini juga sama, bahwa HW Musyafirin selaku ketua PC Nahdlatul Ulama Sumbawa Barat tidak mendapat dukungan secara organisasi dari NU,” jelasnya.
Namun dalam kasus ini, kata dia, tokoh dan anggota ormas masing-masing secara personal memberikan dukungannya bukan secara kelembagaan. “Alasan mendukung karena sesama NWDI atau NU juga adalah hal wajar,” katanya.
Bagi Paslon Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah-HW Musyafirin (Rohmi-Firin) dan seluruh pejuang yang ada di dalamnya, lanjutnya, garis tersebut ditunaikan optimal. Meskipun Rohmi sebagai Cagub adalah Ketua Muslimat NWDI.
“Tetap ikut garis, tidak menggunakan bendera atau struktur organisasi ketika melakukan kampanye. Sebab. Bagi Ummi Rohmi, perjuangan pokoknya adalah meneruskan perjuangan Almagfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. ‘Perjuangan Agama dan Kebangsaan dalam satu tarikan nafas’,” tegas dia.
Soal pilihan politik TGB, Achiev menegaskan, TGB hanya memberikan pandangan soal adanya urgensi kepemimpinan dua periode. TGB bicara substansi keberlanjutan.
“Substansi keberlanjutan adalah kemajuan daerah. TGB tidak bicara aktor yg melanjutkan. Ini wajar saja, berdasar refleksi TGB sendiri, dua periode menjadi gubernur, sehingga bisa menuntaskan sejumlah agenda dan dalam rangka kesinambungan pembangunan,” tegasnya.
“Hal tersebut, tentu tidak serta merta bisa diartikan langsung sebagai bentuk dukungan,” sambungnya.
Soal dua periode kepemimpinan yang disampaikan TGB, menurut Achiev, tentu saja debatable. Dalam konteks TGB sendiri juga demikian, relevan jika melihat sukses TGB memimpin NTB dua periode. “Namun, tentu paradoks ketika dalam hal TGB menghentikan langkah petahana H. Lalu Serinata yang baru satu periode memimpin,” katanya.
Ia menjelaskan, catatan atas paradoks tersebut adalah TGB bijak dalam hal pentingnya keberlanjutan pembangunan sejumlah agenda besar masa Serinata dituntaskan, bahkan menjadi salah satu prioritas. Misalnya pemindahan bandara dan RSUP NTB. “Bahkan, dalam kasus RSUP, seluruh Master Plan hingga DED (detail engineering design) yang dibuat Gubernur HL Serinata,” ungkapnya.
Ia malah menyoroti program pasca TGB menjadi gubernur. Menurutnya, sejumlah program pokok TGB ditelantarkan. Seperti program moslem friendly tourism yang sudah mendapat pengakuan dunia dan Islamic Center yang sudah menjadi ikon dan pusat kegiatan membangun peradaban masyarakat.
“Apakah tidak ada keberlanjutan di Rohmi-Firin? Mungkin terlalu klise dan mengada-ada untuk dijawab,” tandasnya. (ain)