Soal Keterlibatan Istri dan Keluarga Inti Eks Wali Kota Bima, KPK: Untuk Berikutnya, Tunggu Proses

0
Eliya, istri Wali Kota Bima Muhammad Lutfi usai diperiksa di Mapolda NTB, Jumat (8/9).

Kota Bima, katada.id – Istri mantan Wali Kota Bima Muhammad Lutfi, Eliya sudah beberapa kali diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Begitu juga dengan beberapa orang kepercayaan Muhammad Lutfi, di antaranya MM dan F.

Menurut catatan media ini, Eliya sudah tiga kali diperiksa penyidik lembaga antirasuah. Satu kali saat penyelidikan dan dua kali saat kasus dinaikan ke penyidikan.

Selain itu, KPK juga sudah menggeledah tempat usaha air minum kemasan CV Hilal milik Eliya.

Ketua KPK Firli Bahuri menegaskan, penyidik masih mendalami dugaan keterlibatan pihak lain, termasuk istri dan keluarga inti MLI (Muhammad Lutfi, red).

“Tentu dalam proses penyidikan, serangkaian tindakan penyidikan yang diatur dalam Undang-undang untuk membuat terang suatu kasus. Saat ini baru ketemu satu (tersangka). Untuk berikutnya, tunggu proses, pasti ada pendalaman lebih lanjut,” tegasnya dikutip dari Kanal YouTube KPK, Jumat (6/10).

Baca juga: Skandal Korupsi Mantan Wali Kota Bima, Uang Dugaan Suap Disetor lewat Rekening Keluarga Inti

Saat ini, penyidik sedang bekerja untuk memperkuat alat bukti dugaan keterlibatan pihak lain. “Jikalau nanti ditemukan ada alat bukti yang cukup dan keterangan lainnya tentu kita akan sampaikan kepada media sebagaimana tugas pokok pelaksanaan KPK,” terangnya.

Skandal dugaan korupsi mantan Wali Kota Bima Muhammad Lutfi melibatkan keluarga intinya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut Muhammad Lutfi menerima gratifikasi sebesar Rp 8,6 miliar.

Uang dugaan suap dan gratifikasi tersebut hasil setoran dari para kontraktor yang dimenangkan dalam tender. Para kontraktor mengirimkan uang melalui rekening keluarga inti dan orang kepercayaan Muhammad Lutfi.

“Teknis penyetoran uangnya melalui transfer rekening orang-orang kepercayaan MLI (Muhammad Lutfi, red), termasuk anggota keluarganya,” ungkapnya.

Baca juga: Kondisikan Proyek bersama Keluarga, Eks Wali Kota Bima Terima Gratifikasi Rp 8,6 Miliar

Firli membeberkan bahwa ditemukan pula adanya penerima gratifikasi oleh Muhammad Lutfi. Di antaranya dalam bentuk uang dari pihak-pihak lainnya. “Tim penyidik akan terus melakukan pendalaman atas hal tersebut,” tegasnya

Menurut KPK, tersangka Muhammad Lutfi yang menjabat Wali Kota Bima periode 2028-2023 mengondisikan proyek yang dikerjakan di Pemkot Bima bersama keluarga inti sejak tahun 2019.

“Awal pengondisian dengan meminta dokumen proyek di berbagai dinas di Pemkot Bima, antara lain PUPR dan BPBD,” terang Firli, Kamis (5/10).

Selanjutnya, Muhammad Lutfi memerintahkan beberapa pejabat Dinas PUPR dan BPBD untuk menyusun berbagai proyek yang memiliki nilai anggaran besar. “Dan proses penyusunan dilakukan di Rumah Dinas Wali Kota Bima,” ungkapnya.

Firli membeberkan, nilai proyek tahun 2019-2020 mencapai puluhan miliar. Kemudian, ia secara pihak langsung menentukan kontraktor yang akan mengerjakan proyek-proyek tersebut.

“Lelang proyek tetap dilakukan sebagai mana mestinya, akan tetapi hanya sebagai formalitas semata. Pemenang lelang tidak menemui kualifikasi persyaratan sebagaimana ketentuan,” ujarnya.

Baca juga: KPK Tahan Mantan Wali Kota Bima

Atas pengondisian tersebut, Muhammad Lutfi menerima setoran uang dari para kontraktor yang dimenangkan dengan jumlah hingga mencapai Rp 8,6 miliar. Di antaranya dari proyek pelebaran jalan Nungga-Toloweri, Pengadaan Listrik dan Penerangan Jalan Umum Perumahan Oi Fo’o.

Tersangka Muhammad disangkakan melanggar pasal 12 huruf i atau pasal 12B Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagai telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. (ain)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here