Mataram, katada.id– Cerita pilu dialami Baiq Nurul Maulidah. Gadis Kelahiran Desa Santong, Kecamatan Terare, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini pupus cita-citanya melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Terjebak dalam jurang kemiskinan menjadi penyebab utama. Setelah Bapaknya meninggal 2015 lalu, Nurul hanya hidup bersama sang Rukmah yang hanya bekerja sebagai buruh tani.
Kini, cita-cita Nurul digunting keadaan. Lulus program studi Pendidikan Agama Islam melalui jalur mandiri di UIN Mataram beberapa waktu lalu adalah kebahagiaannya. Sedang biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp3,7 juta sungguh terlampaui besar ditanggung Ibu yang pendapatannya tidak pernah menentu. Ia pun tak bisa kuliah di UIN Mataram.
Kisah pilu ini terungkap melalui Komunitas Berbagi Harapan yang digawangi Supriadin, S.Pd. Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram melalui komunitasnya terjun membina dan mengarahkan masyarakat khususnya di daerah tertinggal, terluar dan terbelakang, melalui tiga isu utama, pendidikan, sosial dan lingkungan.
“Sejak 2018 kami turun ke desa-desa untuk berbagi harapan. Nurul adalah salah satu orang yang kita yakinkan untuk kuliah sejak dia SMA. Tentu saya tahu betul secara ekonomi dia tidak mampu mewujudkannya,” ujar Supriadin kepada katada.id di Mataram, Selasa (9/8/2022).
Dia berharap Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur membantu, memfasilitasi dan mendorong cita-cita anak yatim ini bisa diwujudkan.
“Kita sudah berkomunikasi dengan pihak UIN Mataram. Di sana tidak ada kebijakan yang dinilai adil untuk Nurul. Bagaimana ceritanya, Ibunya Nurul Penerima Kartu Indonesia Sejahtera (KIS), mengantongi Kartu Indonesia Pintar (KIP), kondisinya Yatim, Ibunya buruh tani ditetapkan biaya kuliah segitu. Padahal mestinya Nurul dapat Grade 1 yang UKT-nya Rp400 ribu. Kami harap Pemerintah mau bantu wujudkan cita-cita Nurul Kuliah di Perguruan tinggi lainnya,” terangnya.
Supriadin sudah berikhtiar menjembatani masalah yang dihadapi Nurul dengan para pejabat penting di Pemprov NTB, dan Pejabat Pemkab Lombok Timur.
“Kita tentu berharap, Gubernur NTB Pak Dr. Zulkieflimansyah mendengarkan kisah pilu Nurul, dan mau mengurai masalah yang ia hadapi sekarang,” pungkas aktivis HMI Mataram ini. (sat)