Mataram,Katada.id- Gerakan pangan murah Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB di Lapangan Karang Pule Kecamatan Sekarbela Mataram diserbu warga, Senin (16/10/2023). Selain pangan murah, DKP NTB juga menggelar pemeriksaan kesehatan gratis dengan menghadirkan tim dari tiga rumah sakit.
“Kita melakukan ini serentak secara nasional yang dirangkaikan dengan kegiatan pangan sedunia,” ujar Kepala DKP NTB H Abdul Aziz.
Dikatakannya, gerakan pangan murah ini bertujuan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan. Selain itu, juga untuk menekan inflasi yang terjadi di kabupaten dan kota NTB.
“Ini instruksi dari Bapanas RI, bagaimana menjaga pasokan pangan supaya stabil,” sambungnya.
Pihaknya diinstruksikan untuk menggelar gerakan pangan murah sebanyak 17 kali. Hingga saat ini, gerakan tersebut baru dilakukan sebanyak 7 kali. Untuk sisa 10 kali tersebut, akan dituntaskan hingga akhir tahun ini.
Selain ini, untuk menjaga stabilitas pasokan pangan juga disalurkan bantuan pangan tahap satu dan dua. Penyaluran bantuan pangan tahap satu sudah rampung 100 persen. Sedangkan untuk tahap dua, penyaluran untuk September sudah 100 persen.
“Oktober dan November terus berjalan. Selain itu, operasi pasar juga setiap hari dilakukan Bulog,” bebernya.
Mantan Sekda Kabupaten Sumbawa Barat ini menekankan, selain gerakan pangan murah dan operasi pasar, ketersediaan cadangan pangan daerah juga sangat penting. Sebab hal tersebut dapat dikeluarkan ketika terjadi musim paceklik untuk membantu warga.
“Sebenarnya selain beras, ada jagung, pisang, ubi, dan lainnya sebagai alternatif. Hanya saja, kita di NTB belum terbiasa dengan itu,” terangnya.
Dalan gerakan pangan murah tersebut, pihaknya berkolaborasi dengan sejumlah pihak. Di antaranya Bulog NTB, ID Food, PPI, Bank Indonesia, pelaku usaha pangan serta UMKM.
“Karena dalam rangka stabilisasi harga ini tidak bisa kita bekerja sendiri,”tandasnya.
Sementara itu, Asisten II Setda Pemprov NTB H Fathul Gani mengatakan, inflasi terakhir NTB sebesar 2,29 persen. Lebih tinggi 0,01 persen dibandingkan rata-rata inflasi nasional.
“Jadi kita mengejar yang 0,01 persen sekarang ini,” ujarnya.
Melalui gerakan pangan murah ini, dirinya berharap bisa menjadi penetrasi untuk menjaga ketahanan pangan di NTB. Pada Oktober ini, di NTB masih tersedia 1,38 ton gabah kering giling. Jika disetarakan dengan beras, jumlahnya sekitar 900 ribu ton.
“Sedangkan kebutuhan masyarakat NTB sebanyak 540 ribu ton, jadi ada surplus 360 ribu ton,” sambungnya.
Dirinya berharap tidak ada beras, terutama gabah yang keluar dari NTB. Tujuannya agar harga beras di NTB tidak semakin meningkat. Dirinya meminta agar memastikan stok dalam daerah aman, baru dibiarkan dibawa keluar.
“Beras di Tanjung Luar itu sedah menyentuh angka Rp 16 ribu per kilogram. Makanya saya harap Pak Kadis bisa melakukan operasi pasar di Tanjung Luar,” terangnya.
“Mudahan kita bisa membantu teman-teman pesisir NTB,” pungkasnya.
Menambahkan, Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog NTB David Susanto mengatakan, pihaknya mengelontorkan kurang lebih lima ton beras dalam kegiatan gerakan pangan murah tersebut. Mulai dari beras medium hingga premium dengan harga yang lebih murah.
“Kami sering diundang DKP, bahkan kami juga sering diundang masyarakat seperti kecamatan untuk adakan pasar murah,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga menggelontorkan 300 kilogram gula dan 10 dus minyak goreng. Jumlah kedua bapok ini lebih sedikit lantaran ada beberapa pelaku usaha pangan yang juga menghadirkan itu dalam kegiatan tersebut.
“Minyak goreng dan gula sudah banyak, beras SPHP ini yang banyak karena yang punya hanya Bulog,” tutupnya. (Ham)