Mataram, katada.id – Kisah pilu dialami ibu muda asal Kabupaten Sumbawa Barat, Yuliana (20). Ia terpaksa membawa pulang jenazah bayinya dari Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB menggunakan mobil taksi online.
Yuliana tak mampu membayar uang sewa ambulans RSUP NTB karena biayanya mencapai jutaan rupiah.
Terungkapnya kejadian ini ketika Yuliana tiba di Pelabuhan Kayangan, Labuhan Lombok, Lombok Timur NTB, Minggu (6/4). Petugas Polsek KPL Kayangan menemukan Yuliana sedang menggendong jenazah bayinya saat masuk kapal penyebrangan Kayangan–Poto Tano.
Karena tidak diperbolehkan membawa jenazah tanpa mobil ambulans, kepulangan Yuliana bersama jenazah anaknya sempat tertunda. Namun anggota Polsek KPL Kayangan memfasilitasi sehingga Yuliana dan jenazah bayinya pulang menggunakan mobil ambulans PKM Labuhan Lombok.
Sebelumnya, pada Jumat (4/4) korban dirujuk dari PKM Seteluk ke RSUP NTB karena korban melahirkan prematur. Setelah mendapat perawatan di RSUP, pada Minggu dini hari anak Yuliana meninggal dunia.
Karena meninggal dunia, keluarga meminta izin ke pihak RSUP untuk membawa anaknya pulang untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Mirisnya, pihak RSUP membebankan korban biaya transportasi Rp 2,6 juta. Namun karena tidak mampu membayar, pihak keluarga korban memilih membawa korban yang meninggal dunia menggunakan jasa transportasi online hanya dengan biaya Rp 407 ribu.
Tetapi setibanya di Pelabuhan Kayangan Minggu (6/4) sekitar pukul 16.10 Wita, saat petugas memeriksa kendaraan yang akan masuk kapal penyebrangan, ditemukan korban yang meninggal digendong neneknya di dalam mobil oleh petugas.
Pihak petugas Polsek KPL Kayangan berkomunikasi dengan pihak keluarga korban yang terkejut saat mendengar ceritanya. Seketika itu petugas membawa jenazah bayi tersebut ke PKM Labuhan Lombok, termasuk berkoordinasi terkait permasalahan tersebut dengan pihak RSUP NTB.
Usai berkoordinasi dengan pihak RSUP NTB, petugas KKP Pelabuhan Kayangan memfasilitasi pemulangan mayat bayi bersama keluarganya menggunakan mobil ambulans PKM Labuhan Lombok ke Sumbawa Barat.
Direktur RSUD NTB Buka Suara
Direktur RSUD NTB Lalu Herman Mahaputra, menjelaskan bahwa Yuliana datang ke rumah sakit pada Jumat (4/4) malam dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin sejak 1 April. Setelah diperiksa, janin dinyatakan mengalami Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) pada usia kehamilan 24 minggu 5 hari.
Proses terminasi kehamilan dilakukan, dan pada Sabtu (6/4) pukul 06.50 Wita, janin lahir dengan berat 650 gram. Setelah proses pemulasaran di Instalasi Forensik, jenazah bayi tersebut siap dipulangkan.
Dr. Jack, sapaan Lalu Herman Mahaputra, mengatakan bahwa biaya pemulangan jenazah pasien yang meninggal di rumah sakit tidak ditanggung BPJS, sehingga selama ini pembiayaan dilakukan oleh pihak keluarga. Namun, rumah sakit sebenarnya memiliki dana sosial yang bisa digunakan untuk membantu pasien yang benar-benar tidak mampu.
“Dalam dua bulan terakhir, RSUD NTB sudah memfasilitasi pemulangan lima jenazah, termasuk dari Bima, Dompu, dan Lombok Tengah. Rumah sakit tetap menjalankan fungsi sosial dengan membantu pembiayaan pemulangan jenazah, membayar denda pelayanan BPJS, hingga memberikan bantuan biaya hidup bagi pasien dan keluarga,” jelas Lalu Mahendra dalam keterangan tertulisnya yang diterima diterima katada.id, Senin (7/4).
Lebih lanjut, Dr. Jack mengatakan jenazah bayi Yuliana awalnya bisa difasilitasi rumah sakit, tetapi keluarga—dalam hal ini bibi dan neneknya—memilih untuk segera pulang sendiri menggunakan taksi online. “Mereka khawatir jenazah mengeluarkan bau tidak sedap dan tidak sempat mengetahui adanya koordinasi yang sedang dilakukan rumah sakit untuk mencari solusi bantuan pemulangan,” kata dia.
Ia melanjutkan pihak RSUD NTB akan tetap memberikan komitmen pelayanan kesehatan terbaik. “RSUD NTB menyatakan tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik, termasuk menjajaki kerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota di NTB guna membantu pemulangan jenazah pasien yang meninggal di rumah sakit tersebut,” kata dia. (red)