Mataram, Katada.id – Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd menerima audiensi Pelita Foundation bersama lembaga nirlaba internasional Australia, Classroom of Hope di ruang kerjanya, Kamis (20/2).
Mereka menyampaikan rencana pembangunan enam ruang kelas percontohan dengan menggunakan bahan baku bata plastik atau yang dikenal dengan teknologi plastic brick.
Mendengar hal tersebut, Wagub menyambut baik dan sangat antusias. Bahkan Wagub yang akrab disapa Ummi Rohmi ini menginginkan agar teknologi ini tidak hanya untuk membangun ruang kelas percontohan untuk mengganti ruang kelas sementara pasca gempa, melainkan supaya teknologi ini juga bisa dihadirkan di NTB.
“Saya sangat antusias jika teknologi pengolah sampah ini sekalian dihadirkan di NTB sebagai investasi. Tidak hanya sebagai program bantuan perbaikan ruang kelas bagi sekolah yang terdampak gempa,” harapnya.
Ia menilai, teknologi pengolahan sampah ini akan lebih berperan besar dalam mengatasi persoalan sampah dan mendukung program Zero Waste, setelah sebelumnya inovasi energi dari sampah. Seperti dalam bentuk pellet dan teknologi pemanfaatan sampah lainnya telah lebih dulu ada.
Salah satu pendiri organisasi Classroom of Hope, Duncan Ward, bekerjasama dengan Yayasan Pelita akan membangun enam ruang kelas percontohan dengan menggunakan bahan baku bata plastik.
Ia mengatakan, bahan baku bata plastik ini sudah banyak dipergunakan di negara lain seperti Afrika Selatan dan Kolombia. Selain tahan hingga 5000 tahun, bahan baku bata plastik ini juga ramah lingkungan, tahan api dan sangat mudah dikerjakan. Oleh karena itu, teknologi bata plastik ini juga direkomendasikan oleh Unicef sebagai program bantuan sosial.
Di NTB sendiri, program yang disebut Pop Up School itu selain mendanai pembangunannya, pihaknya juga memperkenalkan teknologi ini dalam upaya kerjasama investasi.
“Kami memang sedang membantu mendanai pembangunan ruang kelas dan sekolah yang rusak akibat gempa di NTB. Namun kami juga melihat peluang menghadirkan investasi teknologi pengolahan sampah plastik,” terang Duncan.
Dikatakan Duncan, NTB dipilih setelah Jawa Barat karena potensi dan prioritas pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan seperti Zero Waste sangat mendukung dalam mengenalkan teknologi ini. Jika terwujud, pabrik bata plastik akan menjadi yang pertama di Asia.
Sementara itu, Satriawan Amri, CEO Pelita Foundation Lombok mengatakan, kerja sama dengan banyak relawan internasional ini adalah upaya mendanai program sosial yayasannya. Selain pendidikan ada pula pemberdayaan bagi perempuan dan anak dengan memberikan keterampilan dan edukasi yang memadai dari donator seluruh dunia.
Selama tahun 2019 lalu sudah ada 120 ruang kelas sementara yang dibangun di Lombok Utara dan enam kelas percontohan menggunakan bata plastik ini diharapkan dapat menggantikan kelas sementara menjadi permanen.
”Khusus pembangunan ruang kelas permanen menggunakan bata plastik ini, Pelita Foundation bekerjasama dengan Classrom of Hope,” ungkapnya. (rif)