Bima, katada.id – Jembatan sepanjang 25 meter dengan lebar bentangan 6 meter di Desa Rade, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Bagian tengah jembatan terlihat retak, sementara lapisan aspal di sisi timur mulai terkelupas. Selain itu, terjadi penurunan timbunan tanah (settlement) pada oprit sisi utara dan selatan.
Padahal, proyek senilai Rp6,2 miliar yang bersumber dari dana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana tahun anggaran 2024 itu belum sepenuhnya rampung.
Berdasarkan informasi dari papan proyek, pembangunan jembatan penghubung vital bagi warga Madapangga itu dimulai sejak Februari 2025, dengan waktu pelaksanaan selama 280 hari kalender.
Belum Diserahterimakan ke Pemda
Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Bima Ady Mahyudi langsung memerintahkan Dinas PUPR Kabupaten Bima bersama pihak pelaksana proyek untuk segera melakukan langkah penanganan agar jembatan tetap dapat difungsikan secara optimal.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bima, Suwandi, menegaskan bahwa proyek rekonstruksi tersebut belum melalui proses serah terima sementara atau Provisional Hand Over (PHO) dari kontraktor kepada pemerintah daerah.
“Artinya, tanggung jawab pemeliharaan dan perbaikan masih sepenuhnya berada di tangan pelaksana proyek,” jelas Suwandi, Sabtu (8/11).
Menurutnya, secara teknis struktur utama jembatan masih aman. Kerusakan hanya terjadi pada bahu jalan dan lapisan aspal di bagian oprit akibat air hujan yang masuk ke timbunan.
Meski begitu, proyek pembangunan kembali Jembatan Rade tetap menyisakan tanda tanya, terutama terkait kualitas pengerjaan dan manajemen pengawasan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Pemenang Tender dari Mataram
Hasil penelusuran katada.id melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Bima menunjukkan, proyek rekonstruksi Jembatan Rade Madapangga itu dilelang pada tahun 2024.
Pemenang tendernya adalah CV Dewi Wangi, perusahaan yang beralamat di Jalan Bekasi B-97 BTN Taman Indah, Kota Mataram, dengan nilai penawaran sekitar Rp6,2 miliar.
Kontraktor asal ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat ini berhasil memenangkan tender setelah mengalahkan 28 peserta lainnya. (*)













