Mataram, katada.id – Gabungan aktivis, pemuda, dan organisasi masyarakat sipil di Nusa Tenggara Barat (NTB) kompak menyoroti maraknya lahan terlantar yang tak kunjung dimanfaatkan secara optimal.
Hal itu disampaikan dalam Dialog Publik bertema “Mendorong Keadilan Agraria untuk Solusi Ketahanan Pangan Nasional” yang digelar Alpa NTB di Mataram, Selasa (4/6).
Mereka mendesak pemerintah untuk segera turun tangan. Isu ini dianggap penting karena menyangkut hajat hidup rakyat. Ketua Konsorsium Aktivis NTB, Fidaf Khairul Diaz, menegaskan bahwa ketimpangan penguasaan lahan masih menjadi biang kerok utama gagalnya kedaulatan pangan. “Kita negara agraris, tapi distribusi lahan tidak adil. Sebagian besar dikuasai swasta besar, sementara rakyat tak punya akses,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Direktur Alpa NTB, Herman, yang menyoroti keberadaan lahan HGU (Hak Guna Usaha) yang masa izinnya telah habis, namun masih dikuasai perusahaan. Menurutnya, negara harus berani mengambil kembali lahan-lahan tersebut untuk dikelola rakyat.
“Banyak HGU tidak diperpanjang tapi tetap dikuasai. Ini lahan tidur yang justru bisa jadi solusi krisis pangan,” kata Herman.
Ziad El Haq dari ARPG NTB menambahkan, berdasarkan data, dari sekitar 430 ribu hektare lahan di NTB, sekitar 5.000 hektare dalam kondisi tidak produktif. “Lahan-lahan ini berpotensi menjadi sumber pangan, tapi dibiarkan mangkrak. Ini ironi besar,” ujarnya.
Ketua KNPI NTB, Taupik Hidayat, menyebutkan bahwa meski pertumbuhan ekonomi sektor pertanian naik sejak 2023, konflik agraria justru semakin meluas. Ia menyalahkan lemahnya pengawasan terhadap status HGU dan HGB yang tak termanfaatkan.
“Status administrasi lahan banyak yang tidak jelas. Ini harus dibenahi agar lahan bisa digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,” katanya.
Sekretaris KNPI Kota Mataram, Rizki Handika Putra, menyoroti amanat konstitusi Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945. Ia mendesak agar negara tidak ragu mengambil alih lahan-lahan yang ditelantarkan. “Negara wajib hadir. Lahan itu harus dikembalikan ke rakyat untuk bertani,” ucap Rizki. (red)