Lombok Utara, Katada.id – Sekolah-sekolah di Kabupaten Lombok Utara (KLU) kini diwajibkan merapikan data pokok pendidikan (Dapodik) mereka jika ingin mengajukan bantuan dari pemerintah pusat. Pasalnya, data yang tidak akurat dalam Dapodik sering menjadi kendala utama dalam pencairan dana bantuan.
Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) KLU Adenan, menegaskan pentingnya akurasi data ini. Ia mencontohkan kasus SDN 1 Bayan, yang hingga kini belum mendapatkan bantuan perbaikan ruang guru yang rusak parah sejak gempa 2018.
“Kenapa bisa belum cair bantuan? Karena salah satu syarat dana pusat adalah Dapodik nya harus rapi dan baik. Ternyata di SDN 1 Bayan, yang seharusnya butuh ruang guru, itu tidak terlihat di Dapodik. Bagaimana mau diberikan bantuan,” ujar Adenan pada Senin (17/3).
Akibat ketidakakuratan data, SDN 1 Bayan terpaksa menerapkan “kelas gemuk,” di mana satu kelas yang seharusnya berisi 28 siswa kini dipaksakan menampung hingga 40 siswa. Meskipun pihak sekolah telah mengajukan penambahan ruangan melalui Dapodik, kejelasan bantuan tak kunjung tiba.
Adenan menjelaskan bahwa masalahnya bukan hanya pada pengajuan proposal, tetapi juga pada kebenaran dan keakuratan data di Dapodik. “Setelah Dapodik diperbaiki dan diperbaharui, baru kita bisa mengajukan untuk mendapatkan bantuan,” tegasnya.
Meski dana pusat menjadi sumber utama, Adenan mengakui bahwa pemerintah daerah juga siap mengalokasikan dana APBD untuk membantu perbaikan sekolah. Namun, ia menekankan bahwa sekolah tetap harus memperbaiki Dapodik terlebih dahulu.
“Kami siap memberikan bantuan dari APBD, tetapi jika sekolah belum memperbaiki Dapodik-nya dengan benar, kami harus memberikan waktu bagi mereka untuk melakukan perbaikan tersebut,” imbuhnya.
Dampak dari ketidakakuratan Dapodik sangat besar. Sekolah yang datanya tidak sesuai akan kesulitan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Sebaliknya, sekolah-sekolah yang teliti dalam pengelolaan Dapodik dapat memperoleh bantuan yang signifikan.
“Banyak contoh di sekolah lain, baru kemarin kita berikan. Karena guru dan kepala sekolahnya teliti terus melihat perkembangan sekolahnya, sekarang itu hampir sekitar dua miliar sekian,” pungkas Adenan. (ham)