Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Daerah

Diapresiasi IFRC, Sekotong Jadi Percontohan Dunia Berkat EWS Antitsunami dan Banjir Rob

×

Diapresiasi IFRC, Sekotong Jadi Percontohan Dunia Berkat EWS Antitsunami dan Banjir Rob

Sebarkan artikel ini
Kegiatan Internasional Federation Red Cross (IFRC) dan PMI NTB di Sekotong, Lombok Barat.

Lombok Barat, katada.id – Sebanyak 37 delegasi dari 18 negara yang tergabung dalam International Federation Red Cross (IFRC) mengunjungi lokasi pemasangan Early Warning System (EWS) di Dusun Empol Utara, Desa Cendimanik, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat (Lobar) pada Kamis (16/10). Alat EWS ini merupakan hasil kerja sama antara Palang Merah Indonesia (PMI) dan mitra internasional.

Kunjungan ini berfokus untuk melihat implementasi aksi antisipasi bencana yang berbasis pada kesiapan masyarakat. Sekotong dipilih karena merupakan kawasan pesisir dengan potensi tinggi terhadap bencana banjir rob dan tsunami, serta menjadi lokasi pemasangan tiga unit EWS kolaborasi PMI-IFRC.

Example 300x600

Ketua PMI NTB, dr Lalu Herman Mahaputra atau Dokter Jack, menjelaskan bahwa kunjungan mitra PMI ini bertujuan untuk melihat aksi nyata relawan PMI yang didukung penuh oleh masyarakat dan pemerintah desa. Sistem peringatan dini di Sekotong bekerja dengan sensor yang mendeteksi perubahan debit air laut.

“Ketika terjadi peningkatan debit air yang signifikan, alat akan memberikan sinyal kepada BMKG dan Dinas terkait untuk segera melakukan peringatan dini kepada masyarakat,” jelas Dokter Jack, yang juga Direktur RSUP NTB ini.

Ahyar, Relawan PMI Lobar di Sekotong, menyampaikan bahwa kehadiran EWS sangat membantu dalam edukasi dan penyampaian informasi kebencanaan seperti banjir rob dan luapan sungai, yang sebelumnya sulit dilakukan.

“Alhamdulillah, adanya alat EWS ini, kini edukasi ke warga terkait kebencanaan bisa mudah dilakukan,” kata Ahyar di hadapan delegasi IFRC.

Meski demikian, Ahyar mengakui adanya kendala teknis, terutama terkait sinyal. “Kendala itu menyangkut sinyal yang kadang turun naik di wilayahnya. Kalau bisa ada BTS yang enggak jauh, maka EWS ini pasti lancar,” harapnya.

Menariknya, pemasangan EWS ini telah didukung dengan Peraturan Desa yang diinisiasi oleh relawan PMI Lobar, menunjukkan komitmen lokal.

Pengakuan Internasional

Perwakilan IFRC, Under Secretary General for Humanitarian Diplomacy and Digitalization Nena Stoiljkovic, menyampaikan apresiasi tinggi atas semangat dan kesiapan Pemprov NTB dan PMI dalam membangun ketahanan masyarakat.

“Kami berterima kasih bantuan yang kami berikan dapat dimanfaatkan dalam membangkitkan semangat edukasi masyarakat untuk tanggap pada bencana,” ujarnya.

Ketua PMI Lombok Barat, Haris Karnain, menambahkan bahwa kunjungan delegasi asing ini merupakan pengakuan internasional atas keberhasilan NTB dalam mengembangkan sistem mitigasi bencana berbasis komunitas yang bersifat bottom up.

Menurut Haris, NTB kini menjadi provinsi pertama di Indonesia yang berhasil membentuk Kelompok Kerja Aksi Antisipasi Bencana Berbasis Masyarakat (Pokja AA).

“Barang ini se-Indonesia baru di NTB, makanya negara-negara donor ini mau berkunjung untuk melihat bentuk implementasinya langsung dari komunitas, dari masyarakat,” ungkapnya.

PMI Lobar telah memasang alat detektor banjir di kawasan aliran sungai dalam tiga bulan terakhir. Harapannya, sistem ini memungkinkan masyarakat memperoleh peringatan dini dan melakukan evakuasi mandiri untuk mencegah korban jiwa dan harta benda.

“Jadi kita harapkan nanti desa itu yang akan berdaya dulu, jadi bagaimana mengenali sinyal-sinyal dari bencana,” pungkas Dokter Jack.(*)

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *