Mataram, katada.id – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Mataram menggelar diskusi kebangsaan dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno. Diskusi bertema “Meneruskan Cita-cita Bung Karno, Relevansinya untuk Kalangan Milenial” itu dilaksanakan di halaman kantor DPD PDIP Provinsi NTB, Sabtu malam (28/6).
Diskusi dipandu Virgi Eka Ayu Rasta dan menghadirkan tiga pembicara utama: Prof. Atun Wardatun, M.Ag, M.A, Ph.D (Akademisi UIN Mataram), Dr. Buya Muhammad Subki Sasaki, MH (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama NTB), dan Dr. Lalu Syaefuddin Gayep, SH, MH (Akademisi Universitas Mataram).
Acara dihadiri aktivis mahasiswa, organisasi kepemudaan, aktivis perempuan, jurnalis, serta kader PDIP NTB. Sejumlah tokoh PDIP juga hadir, di antaranya Ketua DPD PDIP NTB H. Rachmat Hidayat, Wakil Ketua H. Ruslan Turmudzi, Anggota DPRD NTB Raden Nuna Abriadi, Ketua DPC PDIP Kota Mataram Made Slamet, serta anggota Fraksi PDIP DPRD Kota Mataram.
Dalam sambutannya, Ketua DPD PDIP NTB, H. Rachmat Hidayat menegaskan pentingnya semangat Bung Karno dalam kehidupan berbangsa hari ini.
“Kita adalah penerus api perjuangan, bukan penjaga abu sejarah. Bagaimana dalam dada dan jiwa kita tetap menyala api cita-cita Bung Karno. Semangat nilai-nilai Pancasila harus hidup dalam setiap jiwa anak bangsa untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Pancasila adalah ideologi perdamaian dunia,” ujar Rachmat.
Anggota DPR RI Dapil NTB 2 itu juga menyoroti tantangan zaman yang sedang dihadapi dunia.
“Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan zaman yang cukup berat. Dunia terpolarisasi oleh kepentingan sempit, dan krisis kemanusiaan seperti konflik berdarah. Ditengah situasi tersebut bangsa Indonesia tetap cerdik memainkan peran diplomatik dengan semangat Pancasila, memerankan politik bebas aktif menjadi dasar dalam menawarkan perdamaian dunia.”
“Pancasila sebagai inspirasi kehidupan dunia. Meneruskan cita-cita Bung Karno bukan hanya sekedar mengulang pidato dan kata-katanya, bagaimana menggali makna, bagaimana mengimplementasikannya. Dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat, kita memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan bineka tunggal Ika,” seru Rachmat.
Prof. Atun Wardatun dalam penyampaiannya menggarisbawahi dua hal penting yang harus diteladani generasi muda dari Bung Karno: nilai kemanusiaan dan kekuatan literasi.
“Membaca pemikiran Bung Karno, sangat banyak sekali nilai-nilai yang perlu kita teladani dari Bung Karno. Pertama konsep humanity, yakni pandangan Bung Karno untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga Bung Karno menolak segala bentuk penjajahan dan penindasan atas harkat dan martabat kemanusiaan,” ungkap Prof. Atun.
“Inspirasi yang perlu kita teladani oleh anak muda dari Bung Karno ini adalah berliterasi secara baik. Bung Karno menulis dan public speaking-nya yang sangat baik. Hanya Bung Karno yang mampu bagus dua-duanya, beliau adalah orator sekaligus writer yang ulung,” tambahnya.
Akademisi Unram, Lalu Syaefuddin Gayep menyoroti lemahnya pemahaman generasi muda terhadap substansi Pancasila.
“Sekarang ini banyak yang hapal Pancasila tapi tidak memaknai subtansinya, nilai-nilainya. Pancasila sangat tepat lahir di Indonesia yang beragam ini. Saya membayangkan tanpa Pancasila, mungkin akan ada negara Lombok, negara Sumbawa, negara Jawa, negara Sumatra, dan lain-lain. Jadi Pancasila ini sangat fundamental, mejahit semua elemen kebangsaan kita,” ungkap Gayep.
Ia pun mendorong generasi muda untuk membaca ulang buku-buku Bung Karno.
“Pikiran pertama Bung Karno terhadap bangsa Indonesia ini adalah melawan eksploitasi manusia atas manusia. Bagaimana Bung Karno melawan kolonialisme yang mengeksploitasi bangsa Indonesia,” kata Gayep.
“Ini bukan soal pidato yang mengulang kata-katanya Bung Karno, ini bukan roah, bukan haul. Tapi dalam peringatan bulan Bung Karno ini selalu diwarnai dengan dealitika, ayok kita berliterasi, berdiskusi, berdebat, kemudian kita bergerak untuk berjuang. Itu yang dilakukan Bung Karno,” seru Gayep.
Ia juga menilai PDI Perjuangan sebagai partai yang konsisten menjaga warisan perjuangan Bung Karno.
“PDIP ini bukan partai biasa, tapi partai yang lelah menderita, tidak lahir dari borjuasi, tapi dari kalangan Marhaen. PDIP hari ini adalah cerminan perjuangan Sukarno,” ungkapnya.
Buya Subki Sasaki turut menyampaikan pandangannya bahwa pemikiran Bung Karno relevan untuk lintas generasi.
“Bung Karno itu orang yang melampaui zamannya, pemikiran Bung Karno tetap hidup dan relevan hingga saat sekarang ini. Kita ingat perkataan Bung Karno bahwa perjuangan generasi berikutnya jauh lebih berat dari perjuangan diri. Karena menghadapi penjajah itu jauh lebih mudah dari menghadapi penjajah dari bangsa sendiri. Ini khawatiran beliau dulu,” ungkap Buya Subki Sasaki.
Ia menekankan pentingnya merawat pemikiran Bung Karno dalam lingkungan akademik.
“Kekuatan kita sebagai bangsa saat ini adalah menjaga tiga hal, spirit keagamaan, kebangsaan dan kebudayaan,” pungkasnya. (red)