Proyek DAK SMAN 1 Donggo Bima Dihentikan Paksa, Pekerja Diusir 

0
Anggota Polsek Donggo memantau proyek DAK SMAN 1 Donggo, Kabupaten Bima, NTB yang dihentikan paksa oleh warga. (Istimewa)

Bima, katada.id – Proyek pembangunan di SMAN 1 Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersendat. Sekelompok warga menghentikan paksa pembangunan SMAN 1 Donggo, Kabupaten Bima, pekan lalu.

Para pekerja diusir dan diminta meninggalkan lokasi. Penghentian ini diduga buntut dari perebutan proyek yang berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  (Dikbud) NTB. Kontraktor lokal menolak proyek tersebut dikerjakan kontraktor luar.

Tahun ini, SMAN 1 Donggo mendapat anggaran untuk rehab laboratorium Biologi dan Fisika Rp 500 juta, pembangunan ruang Tata Usaha, ruang UKS, dan ruang belajar.

Informasinya, proyek tersebut awalnya akan dikerjakan kontraktor lokal di Donggo. Tapi di tengah perjalanan, proyek tersebut malah dikerjakan kontraktor yang berasal dari Dompu.

Kontraktor inisial NU ini telah membangun fondasi untuk bangunan baru. Bahkan, ia  telah memasang rangkai besi sloof dan tiang sudah dipasang.

Anggota Polsek Donggo sedang berbincang dengan para pekerja yang diminta oleh warga untuk pulang. (Istimewa)

Sekelompok warga yang tak terima proyek pembangunan SMAN 1 Donggo dikerjakan kontraktor lain datang menghentikan paksa pekerjaan dan meminta para tukang untuk pulang.

”Kami menolak pembangunan ini dikerjakan kontraktor dari luar. Harusnya Dikbud NTB memberdayakan kontraktor lokal,” kata Iskandar, salah seorang warga Desa Oo, Kecamatan Donggo yang menolak proyek tersebut dikerjakan kontraktor lain.

Ia akan tetap memboikot proyek tersebut jika masih dikerjakan kontraktor luar. ”Dalam perjanjian awal, proyek ini dikerjakan kontraktor lokal, kenapa sekarang dikerjakan orang lain,” katanya heran.

Karena itu, Iskandar meminta pejabat pembuat komitmen (PPK) Bidang SMA Dikbud NTB maupun BPKAD NTB untuk menghentikan pencairan dana proyek SMAN 1 Donggo.

Kepala SMAN 1 Donggo Makarau membenarkan bahwa para pekerja diminta oleh sekelompok warga untuk pulang. ”Penghentian pekerjaan dilakukan setelah saya sudah tiba di Mataram,” terangnya.

Alasan warga menghentikan pekerjaan tersebut, menurutnya, karena saling klaim proyek. Kontraktor lokal merasa berhak mengerjakan proyek tersebut.

”Persoalan ini berdampak pada progres pembangunan di sekolah. Saya minta agar pembangunan terus dilanjutkan,” tegasnya. (rl)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here