Mataram, katada.id – Anggota Komisi III DPRD NTB, Muhammad Aminurlah mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) NTB mengaudit pengelolaan keuangan PT Gerbang NTB Emas (GNE).
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai PT GNE mengalami sakit akut dan tidak memiliki kontribusi bagi kemajuan daerah. “PT GNE sakitnya sudah parah. Sakitnya akut dan tidak bisa lagi didiagnosis. Masalahnya banyak, makanya saya minta BPK audit investigasi PT GNE ini,” desaknya, Rabu (22/1).
Menurutnya, dengan audit tuntas ini dapat diketahui aliran dana penyertaan modal, aset bergerak dan tidak bergerak, serta kewajiban dan pajak PT GNE. Nantinya, BPK akan mengeluarkan rekomendasikan kepada Gubernur, Sekda, dan Biro Ekonomi Setda NTB.
“Hasil audit ini kan sebagai bahan untuk perbaikan dan penyelematan perusahaan daerah agar manajemen profesional, serta pengelolaan keuangan yang sehat,” jelas pria yang akrab disapa Maman ini.
Anggota DPRD NTB Dapil VI (Bima, Kota Bima, dan Dompu) tidak melihat kontribusi nyata perusahaan daerah tersebut. Padahal, PT GNE dibekali modal besar. Namun sektor bisnis yang dikembangkan belum ada yang berhasil. “Sebenarnya perusahaan ini sangat menyentuh masyarakat dan harusnya berkontribusi menurunkan kemiskinan, tapi bidang usaha PT GNE tidak berkembang dan ada yang rugi,” ungkap dia.
Berdasarkan data yang diperoleh, PT GNE informasinya menghabiskan anggaran Rp 32 miliar untuk sektor bisnis. Anggaran tersebut berasal dari pinjaman bank Rp 27 Miliar dan penyertaan modal Pemda NTB Rp 5 Miliar.
Sayangnya, nilai investasi dengan anggaran besar, beberapa di antaranya mengalami kerugian. Salah satunya, detailing dari program itu, program Mahadesa TDC (Trade and Distribution Centre) dengan nilai investasi Rp 5 Miliar.
Program ini menjadikan desa sebagai pusat perdagangan dan bekerja sama dengan Bumdes setempat. Tahun 2020 lalu, program ini diklaim meraup untung Rp 1,5 Miliar.
PT GNE juga melebarkan sayap bisnis kayu olahan dengan nilai investasi Rp 5 miliar. CV Global NTB Emas menggerakkan operasional bisnis ini, membidangi material dan bahan bangunan. Tahun 2021 lalu, perusahaan ini mengekspor kayu Sonokeling ke China dengan target nilai ekspor Rp 10 Miliar.
Kerugian paling besar PT GNE pada investasi material dan bahan bangunan CV Global NTB Emas. Yakni menjadi penyuplai batu split atau crushed stone bekerja sama dengan PT Kaltimex Energi.
Salah satunya, proyek suplai material ke kawasan Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok Tengah. Namun informasinya, terjadi konflik yang berdampak menghilangnya pengusaha. Sehingga PT GNE kehilangan investasi senilai Rp 4 Miliar.
Masalah lain, pengelolaan anggaran PT GNE sedang ditelisik Kejati NTB. Untuk mengungkapkan indikasi korupsi perusahaan plat merah Pemprov NTB, Kejati NTB memanggil Manajer Keuangan PT GNE Fitria Afrilia, Kamis (5/9/2024).
Lembaga Adhiyaksa menyelidiki anggaran yang dikelola untuk berbagai usaha sejak tahun 2019-2024. Di antaranya, usaha kayu, pengadaan bahan pokok bekerja sama dengan BUMDes, perumahan, kerja sama dengan perusahaan Lombok Timur untuk penyediaan batu koral atau kerikil di Mandalika, dan lainnya.
Berangkat dari sederet masalah tersebut, Maman menilai perlu dilakukan audit investigasi demi penyelamatan PT GNE. “Kalau bisa proses audit sejak awal berdirinya PT GNE, diapakan saja anggaran itu. Dengan audit ini akan terungkap semua,” tandas Maman. (din)