Mataram, katada.id – Dalam rangka memperingati Haul ke-55 Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, DPD PDI Perjuangan NTB bersama DPC PDIP Kota Mataram menggelar zikir dan doa bersama di halaman kantor DPD PDIP NTB, Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram, Sabtu petang (21/6).
Kegiatan religius ini menjadi momentum meneguhkan kembali nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme yang diwariskan oleh Bung Karno.
Ratusan kader, simpatisan, pengurus badan dan sayap partai, serta puluhan anak yatim dari pesisir Pantai Ampenan hadir dalam suasana khidmat. Zikir dan tahlil dipimpin oleh Ustaz Asril Watoni QH dari Ponpes NW Jempong, Kecamatan Ampenan.
Sementara lantunan hadroh dibawakan para santri Ponpes Banu Sanusi Sesela, Gunungsari, Lombok Barat.
Sekretaris DPD PDIP NTB, Hakam Ali Niazi, yang mewakili Ketua DPD Rachmat Hidayat menegaskan bahwa haul Bung Karno adalah bentuk penghormatan atas jasa besar sang proklamator.
“Sebagai kader ideologis, sudah sepatutnya kita mengenang perjuangan Bung Karno dengan zikir dan doa bersama. Beliau adalah penyambung lidah rakyat, peletak dasar kebangsaan, dan penggagas kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia,” ujar Hakam dalam sambutannya.
Hakam menyebut haul ini bagian dari rangkaian Bulan Bung Karno. Ia menekankan pentingnya meneruskan cita-cita Bung Karno yang belum selesai, termasuk perjuangan untuk memerdekakan Palestina.
“Beliau tidak hanya membebaskan Indonesia, tapi juga memperjuangkan kemerdekaan bangsa lain. Ini yang harus terus kita rawat, terutama keberpihakan terhadap kaum tertindas,” tambahnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) NTB, TGH Muhammad Subki Sasaki, yang hadir memberikan tausiyah, mengungkapkan kekagumannya terhadap Bung Karno.
“Saat menuntut ilmu di Madinah, saya membaca banyak buku beliau. Bung Karno adalah pemimpin yang dekat dengan ulama, pemimpin untuk semua umat. Tidak heran kalau beliau dijuluki Sang Fajar,” kata Buya Subki, sapaan akrabnya.
Buya Subki juga menyinggung sikap Bung Karno terhadap Palestina yang menurutnya menjadi inspirasi perjuangan PDIP di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.
“Penolakan terhadap Timnas Israel dalam Piala Dunia junior adalah bukti bahwa amanat Bung Karno masih dijaga. Ini bukan sekadar retorika, tapi perjuangan nyata,” tegasnya.
Ia menambahkan, Bung Karno adalah pemimpin lintas suku, agama, dan golongan. Semangat membela yang lemah dan melawan ketidakadilan harus terus digelorakan.
“Haul ini adalah cara kita melanjutkan perjuangan beliau. Semangat itu tak boleh padam,” pungkasnya.
Setelah kegiatan zikir dan doa bersama, acara akan dilanjutkan dengan diskusi milenial bersama tokoh agama, masyarakat, dan kampus untuk mendalami pemikiran Bung Karno lebih lanjut. (red)