Mataram, katada.id – Hadirnya pandemi Covid-19 di tengah umat Islam dapat menjadi musibah dan ujian. Namun, semua sangat bergantung pada cara pandang dan kondisi keimanan manusia.
“Bagaimana tidak, menyikapi pelaksanaan ibadah saja umat Islam sudah punya pandangan yang berbeda,” kata Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Integrasi Quran (PPIQ) 368 Bandung, KH Iskandar Mirza, Selasa (7/6/2022).
Ia mengatakan, semua sudut pandang itu akan tergantung dari individu masing-masing. Mereka yang melihat dengan perspektif akidah akan menganggap bahwa tak ada yang harus ditakuti dan dikhawatirkan oleh siapa pun terkait wabah Covid-19.
“Virus ini makhluk Allah, atas izin Allah, maka seharusnya kita lebih takut kepada Allah dibandingkan dengan mahluk-Nya bernama corona,” ujarnya.
KH Iskandar juga menjelaskan, tidak ada sesuatu yang akan menimpa diri seorang hamba, baik di langit maupun di bumi kecuali atas izin Allah SWT. Anggapan tersebut sesuai dalil bahwa sakit itu adalah penggugur dosa, bahkan mereka yang wafat akibat wabah ini digolongkan syahid dalam perspektif syariah.
“Tak pantas bagi mereka yang beriman menjauhkan tempat ibadah, yang dapat mendekatkan seseorang pada Allah,” jelasnya.
Namun, hal itu berbeda dengan mereka yang memandang terkait corona dari kaca mata syariah. Bagi mereka salah satu fungsi dan tujuan syariah adalah menjaga jiwa.
“Jadi, berikhtiar untuk menjauhkan diri dari virus corona ini adalah menjadi suatu hal yang harus dilakukan. Nabi bersabda agar kita lari sekencang-kencangnya seperti ketika kita dikejar singa jika wabah itu datang,” ucapnya.
Dua sudut pandang yang berbeda tersebut, seharusnya bukan untuk dipertentangkan, diperdebatkan, dan dipersoalkan. “Akan tetapi harus dicari solusinya, karena keduanya merupakan pandangan yang sama benarnya,” kata master trainer di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Motivasi Spiritual Qurani (MSQ) ini.
Sebagai umat Islam harus tetap meyakini bahwa penyakit dan wabah apapun itu, baik yang langsung dari Allah maupun perantaraan makhluk (rekayasa manusia) pada prinsipnya adalah tunduk pada takdir dan kekuasaan Allah SWT. Sebab itu, tunduknya seseorang pada hukum Allah SWT harus melalui jalan syariat yang juga ditunjukkan Allah SWT tentang apa dan bagaimana mengantisipasinya.
“Akidah, syariah dan akhlaq dalam hal ini merupakan perpaduaan yang selaras yang tidak dipisahkan dalam memahaminya,” terangnya.
Dosen tetap Pascasarjana di UNINUS Bandung itu juga menyampaikan, wabah tersebut datang dari Allah, maka harus mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar senantiasa berusaha dan berikhtiar untuk lebih mendahulukan mencegah daripada mengobati. “Dengan tetap menjadikan doa sebagai benteng utama,” cetusnya. (*)
Penulis: Janatul Ma’wah, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyaah, Fakultas tarbiayah dan Keguruan.