Menteri ESDM Beri Sinyal Amman Mineral Tak Dapat Izin Ekspor Konsentrat Tembaga 2025

0
Pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat. (Dok PT Amman Mineral)

Jakarta, katada.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan sampai hari ini belum mempertimbangkan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) untuk mendapatkan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga pada 2025.

Bahlil mengatakan izin ekspor konsentrat tembaga tahun ini diberikan kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) selaku perusahaan yang menghadapi kondisi kahar pada pabrik pemurnian atau smelter katoda tembaganya.

“(Smelter) yang kahar kan Freeport. [Amman] Sampai dengan hari ini belum kita pertimbangkan ya,” ujar Bahlil, Jumat (7/3).

Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 6/2025 tentang Perubahan atas Permen ESDM Nomor 6/2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, izin ekspor konsentrat tembaga tahun ini hanya diberikan kepada perusahaan yang menghadapi kondisi kahar pada smelter katoda tembaganya.

Merujuk pada Pasal 2A permen tersebut, pemberian kesempatan penjualan hasil pengolahan ke luar negeri dengan jumlah tertentu dan waktu tertentu diberikan kepada pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) tahap kegiatan operasi produksi mineral logam komoditas tembaga yang telah selesai membangun fasilitas pemurnian mineral logam, tetapi tidak dapat beroperasi dan memerlukan penyelesaian perbaikan akibat keadaan kahar.

Dalam kaitan itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno menyebut sejatinya izin ekspor konsentrat tembaga sesuai Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) berlaku hanya tiga tahun, sebelum dilarang pada Juni 2023.

Akan tetapi, saat itu terjadi Covid 19 sehingga relaksasi ekspor konsentrat tembaga masih diberikan hingga Desember 2024, dengan syarat produsen konsentrat terus melanjutkan progres pembangunan smelter katodanya.

Freeport sendiri telah berhasil menyelesaikan pembangunan smelter katoda senilai Rp 56 triliun miliknya pada tahun lalu dan diresmikan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada 23 September 2024.

Namun, dalam perkembangannya, smelter katoda Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur terbakar pada 14 Oktober 2024 yang membuat kegiatan produksi perseroan tersendat. Pemerintah lantas kembali memberikan izin ekspor konsentrat kepada Freeport pada 2025 karena kondisi kahar tersebut.

Tri menyebut ketentuan keadaan kahar tersebut harus bisa dibuktikan dengan adanya keterangan dari pihak kepolisian dan asuransi yang menjamin hingga 100% terhadap kebakaran tersebut. Dengan demikian, pemerintah hanya memberikan izin ekspor konsentrat pada 2025 kepada Freeport saja.

“Nah, yang lain (smelter Amman) kira-kira bisa memenuhi enggak [kriteria] itu? Itu saja misalnya,” kata Tri.

Tri menuturkan hingga kini Amman belum secara resmi mengajukan izin ekspor konsentrat tembaga secara langsung kepada Kementerian ESDM. “Kalau yang Newmont (Amman) kayaknya enggak,” tuturnya.

Namun, Amman sebelumnya mengeklaim telah mengajukan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga. Permintaan perpanjangan izin ekspor tembaga dari Amman disampaikan langsung oleh Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (19/2).

Rachmat mengatakan proses commissioning pada smelter katoda Amman berjalan lambat lantaran perseroan harus melakukan berbagai upaya untuk memastikan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Apalagi, smelter merupakan teknologi baru bagi Amman yang memang sangat berbeda dengan kemampuan perusahaan sebagai penambang.

“Dengan itu, kami juga berharap dapat diberikan fleksibilitas untuk melakukan ekspor mengingat banyaknya ketidakpastian dalam proses commissioning ini,” ujarnya.

Dia menjelaskan, smelter yang dibangun oleh Amman baru mencapai kapasitas operasi sekitar 48 persen. Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat itu memiliki kapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, dengan target produksi 220.000 ton katoda tembaga.

Sebagai informasi, Smelter Amman berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Smelter tersebut memiliki kapasitas pengolahan 900 ton konsentrat tembaga per tahunnya.

Dari jumlah tersebut, pabrik dapat menghasilkan 220 ribu ton katoda tembaga, 801 ribu ton asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak dan 77 ton selenium. (rl)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here