Lombok Barat, katada.id- PT Air Minum Giri Menang (PTAM GM) menargetkan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Meninting mulai dilaksanakan tahun 2027. Proyek strategis ini diharapkan jadi solusi jangka panjang pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram.
Direktur Utama PTAM Giri Menang, H. Sudirman, mengungkapkan bahwa rencana pembangunan SPAM Meninting saat ini masih dalam tahap sinkronisasi anggaran bersama Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pengembangan Pembiayaan Infrastruktur (BPPK), serta Balai Wilayah Sungai NTB (BWS).
“Pembangunan SPAM Meninting sepenuhnya mengandalkan APBN. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat juga sudah menunjukkan komitmen dengan menyiapkan lahan untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA),” ujar Sudirman, Senin (29/12).
Ia menjelaskan, Pemkab Lombok Barat telah menyediakan lahan seluas sekitar 1,5 hingga 3 hektare untuk pembangunan IPA. Sumber air baku akan diambil dari Bendungan Meninting dan harus melalui proses pengolahan sebelum didistribusikan ke pelanggan.
Menurut Sudirman, PTAM GM tidak memilih skema kerja sama investasi besar seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) karena nilai investasinya sangat besar dan berpotensi berdampak pada kenaikan tarif air bagi masyarakat.
“Kami ingin keberpihakan pemerintah. Kalau investasi dibebankan ke perusahaan, ujung-ujungnya masyarakat yang menanggung lewat tarif,” tegasnya.
IPA SPAM Meninting direncanakan berlokasi di kawasan Guntur Macan, dekat Bendungan Meninting. Lokasi tersebut dinilai strategis karena memungkinkan distribusi air ke Lombok Barat bagian utara dan Kota Mataram memanfaatkan sistem gravitasi sehingga menekan biaya operasional.
“Biaya operasional yang rendah akan berdampak langsung pada tarif air yang lebih terjangkau bagi masyarakat,” katanya.
Saat ini, cakupan layanan PTAM GM di Kota Mataram telah mencapai sekitar 80 persen, sementara di Kabupaten Lombok Barat baru sekitar 40 persen. Secara rata-rata, cakupan layanan PTAM GM telah mencapai 48 persen pada 2025, melampaui rata-rata nasional yang berada di kisaran 20 persen dan target RPJMN 2029 sebesar 40 persen.
“Meski sudah di atas target nasional, tujuan kami tetap 100 persen masyarakat terlayani,” tegas Sudirman.
Rendahnya cakupan layanan di Lombok Barat, lanjut dia, disebabkan belum adanya penambahan sumber air baru dalam enam tahun terakhir. Selama ini, PTAM GM hanya mengoptimalkan sumber air yang tersedia melalui pengaturan distribusi.
Setiap tahun, jumlah pelanggan PTAM GM bertambah sekitar lima persen. Namun penambahan sambungan baru dilakukan dengan mempertimbangkan syarat teknis ketat, terutama terkait tekanan air minimal.
“Tekanan di ujung jaringan harus mencapai 0,7. Kalau belum memenuhi, kami tidak berani menambah pelanggan karena bisa merugikan konsumen yang sudah ada,” ujarnya.
Terkait isu penyesuaian tarif, Sudirman menegaskan masyarakat berpenghasilan rendah dan rumah ibadah tetap mendapat subsidi dan tidak terdampak kenaikan tarif.
“Kalau pun ada penyesuaian, itu hanya untuk golongan menengah ke atas, pelanggan komersial, dan bangunan pemerintah. Masyarakat kecil tidak akan dinaikkan,” tegasnya.
Ia menambahkan, penyesuaian tarif yang kecil justru dapat memberikan manfaat besar bagi perluasan layanan air bersih.
“Misalnya dari Rp50 ribu menjadi Rp54 ribu. Selisih Rp4 ribu itu bisa membantu menyelesaikan persoalan air bagi masyarakat yang belum terlayani,” katanya.
Sebagai BUMD, PTAM GM memiliki tiga fungsi utama, yakni pelayanan publik, penggerak ekonomi daerah, dan kontributor Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui dividen. Keuntungan perusahaan, menurut Sudirman, penting untuk menjaga keberlanjutan layanan, terutama menghadapi risiko kerusakan infrastruktur.
“Sebagian pipa kami usianya sudah lebih dari 40 tahun. Kami harus menyiapkan dana cadangan agar layanan tetap berjalan saat terjadi kerusakan besar,” pungkasnya. (*)













