Scroll untuk baca artikel
Daerah

PUPR KLU Tegaskan Tidak Ada Anggaran Pipa Bawah Laut ke Gili Meno, SWRO Masih Jadi Prioritas Utama

×

PUPR KLU Tegaskan Tidak Ada Anggaran Pipa Bawah Laut ke Gili Meno, SWRO Masih Jadi Prioritas Utama

Sebarkan artikel ini
Mobil tangki Pemda KLU saat menyalurkan air bersih ke masyarakat.

Lombok Utara, Katada.id– Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) belum bisa melakukan pemasangan pipa bawah laut untuk mengaliri kebutuhan air bersih di Gili Meno. Hal ini terkendala pembiayaan dan debit air yang masih defisit untuk di arahkan kesana.

 

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lombok Utara (KLU), Rangga Wijaya, memberikan klarifikasi mengenai berita di salah satu media yang beredar di media sosial, tentang ketersediaan anggaran untuk proyek pemasangan pipa bawah laut tersebut.

 

“Saya menegaskan bahwa belum ada alokasi anggaran khusus untuk proyek tersebut,itu tidak benar” bantahnya, Selasa (15/7).

 

Rangga mengaku tidak pernah mengatakan hal itu. Justru yang baru dilakukan oleh PUPR adalah melakukan kajian dan analisis terkait rencana tersebut. Sedangkan untuk penganggaran pemasangan pipa bawah laut tersebut belum tersedia.

 

“Cuman kita sudah melakukan kajian dan analisis saja, itu yang baru kita lakukan. Tapi kalau ketersediaan anggarannya tidak ada tapi dibahasakan anggaran itu sudah tersedia,” tambahnya.

 

Kata Rangga, berdasarkan hasil kajian dan analisis yang ada, menyatakan bahwa pemasangan pipa bawah laut dari Gili Air ke Gili Meno belum layak, itu dikarenakan kondisi ketersediaan debit air saat ini belum cukup dialirkan ke Gili Meno. Itupun bisa dilakukan kalau ada tambahan debit air baru dari sumber yang baru.

 

“Kalau debit yang sekarang ini tidak mampu mengalir hingga ke Gili Meno, karena diluar Gili saja masih banyak yang belum terlayani PDAM,” jelas Rangga.

 

Lanjut Rangga, ketersediaan air di daratan saja masih defisit untuk Kecamatan Tanjung dan Pemenang. Bahkan beberapa desa seperti di Dusun Pengembuk Desa Sokong, Desa Sigar Penjalin, Desa Menggala, Desa Malaka, dan Desa Pemenang Barat, yang hingga kini belum terjangkau layanan PDAM.

 

“Teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) adalah solusi yang tepat diambil pemerintah sekarang ini, itu bisa jangka pendek dan panjang untuk kebutuhan air bersih di kepulauan,” ujarnya.

 

Kata dia, kondisi sekarang ini, pemerintah lebih memprioritaskan implementasi teknologi SWRO untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah kepulauan kecil.

 

“Masih itu kebijakan pemerintah saat ini, masih mengedepankan SWRO karena dirasa mampu mempercepat pemenuhan kebutuhan air bersih di pulau kecil,” tegas Rangga.

 

Menurutnya, pemilihan SWRO dinilai paling tepat untuk wilayah kepulauan yang keterbatasan sumber daya air tawar. Sebab penggunaan SWRO akan mempermudah pengembangannya, baik dari segi penganggaran maupun waktu juga bisa terbantu.

 

Sebab kata Rangga, pembangunan infrastruktur air ini tidaklah mudah, bahkan tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Sehingga pola kerja sama dengan pihak ketiga melalui teknologi SWRO menjadi pilihan yang paling tepat. Karena kebutuhan anggaran untuk ini tidaklah sedikit, itu butuh puluhan miliar.

 

“Dengan sistem SWRO ini, satu sisi untuk menghemat keuangan daerah, kemudian bisa mempercepat pelayanan ke masyarakat,” pungkasnya.

 

Sementara itu, Sekretaris BPBD KLU, Nyoman Juliada mengatakan, mengenai data kekeringan saat ini masih sama seperti tahun 2024 lalu. “Data kekeringannya masih sama seperti tahun kemarin,” katanya.

 

Berdasarkan data kekeringan di 2024 yang diperoleh media ini, ada puluhan dusun SE Lombok Utara yang masih mengalami kekeringan, yakni Dusun yang mengalami kekeringan diantaranya dusun Otak Lendang,Akar-Akar Selatan,Terbis, Batu Gembung, Embar- Embar, Pawang Timpas Barat, Pawang Timpas Timur, Temuan Sari, Gegurik, Munder, Belencong, Pawang Kunyit II dan Pawang Kunyit I.

 

Selanjutnya Dusun Jeruju, Bagek Nunggal, Pengadang Baru, Barong Birak, Lendang Gagak, Telaga Longkak, Segenter, Boyotan Proyek, Montong Gedeng, Pawang Baturan, Salut Barat, Tunjang Besi, Mursinjong, Lokok Beru, Sambik Rindang, Tanak Sebang, Gubuk Baru, Selengen, Panggung Barat, Kerta Raharja, Gitak Demung, Penjor, Telaga Maluku, Duria, Sejuik, Montong Pal, Rempek, Murpayung, Rangsot Timur, Tuti, Kopang, Gol, Lebah Sari, Menggala Timur, Menggala Barat, Menggala, Koloh Tanjung, Terengan Tanak Ampar, dan Kakol Karang Bangket.

 

Salah satu tokoh remaja Desa Salut, Kecamatan Kayangan, Suryanto mengaku sangat membutuhkan air bersih ini. Sebab ini merupakan kebutuhan mendasar dan harus dipenuhi. Terlebih lagi dirinya merupakan golongan yang kurang mampu, karena sebagian besar penduduk disini adalah petani.

 

Ia berharap agar PDAM bisa perbanyak lagi pendistribusian air nya ke masyarakat, hingga ke pelosok, bila perlu sumur bor pun tidak masalah.

 

” Kami di daratan ini berharap agar di perioritas terlebih dahulu untuk kebutuhan airnya baru ketempat wisata,” pungkasnya. (ham)

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *