Lombok Utara, Katada.id-Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank berupaya mendorong peningkatan daya saing ekspor. Salah satunya melalui program Desa Devisa, dan klaster kacang mete Lombok Utara menjadi yang pertama di NTB.
Program Desa Devisa ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing komoditas yang dihasilkan suatu wilayah. Program ini memberikan pendampingan dan pengembangan kapasitas pada pelaku usaha berorientasi ekspor.
Kegiatan Pendampingan dan pelatihan Desa Devisa Klaster Kacang Mete Lombok Utara dibuka langsung Bupati Lombok Utara H Djohan Sjamsu, di aula Kantor Bupati, Jumat (1/12/2023). Dihadiri juga Kepala Departemen Jasa Konsultasi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Nila Meiditha, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti, Kepala Diskoperindag KLU H Haris Nurdin, dan lainnya.
Kadis Perdagangan Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, ada banyak potensi yang dimiliki NTB. Namun beberapa komoditi melakukan ekspor tanpa tercatat dinas terkait. Hal tersebut terjadi dikarenakan banyaknya ekspor yang dilakukan dari daerah lain, sehingga tercatat sebagai potensi daerah lain.
“Kami meminta para petani komoditi yang akan melakukan ekspor untuk melakukan koordinasi dengan Dinas Perdagangan, sehingga tercatat secara resmi dan mendapatkan SKA dari daerah,” ujarnya.
Dikatakannya, kacang mete Lombok Utara telah berhasil di ekspor ke New Zealand, bahkan akan dikirim ke Singapura. Hal tersebut membuktikan kualitas kacang mete KLU baik. Selain komoditi tersebut, pemerintah juga sedang berusaha mendorong vanili organik, yang telah mendapatkan permintaan ekspor sebanyak 23 ton untuk NTB.
Luas lahan komoditi kacang mete di KLU sebanyak 6.581 hektare, dengan jumlah produksi sebesar 764 ton. Hal tersebut yang perlu dipikirkan nantinya, ke mana akan dipasarkan dan akan diolah kembali.
“Permintaan terus bertambah, untuk itu kita perlu memperbanyak hasil pertanian dengan kualitas yang baik, dengan begitu dengan adanya pendampingan dan pelatihan-pelatihan seperti ini menjadi sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada,” tandasnya.
Kepala Departemen Jasa Konsultasi LPEI Nila Meiditha menyampaikan, dengan adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah provinsi dan daerah untuk meningkatkan potensi daerah, maka kegiatan ekspor juga akan dengan mudah terlaksana.
“Komoditas kacang mete yang berasal dari KLU memiliki ukuran yang lebih besar dan dengan rasa yang lebih gurih dibandingkan dengan daerah lain,”katanya.
Dipilihnya KLU sebagai lokasi dilaksanakannya program pendampingan ini, selain melihat dari kualitas kacang metenya, tapi juga melihat dari peran pendamping yang selain melakukan proses jual beli. Pendamping petani kacang mete di KLU juga melakukan pelestarian dengan penanaman komoditi kacang mete di kaki Gunung Rinjani dan mendukung petani penyandang disabilitas.
Bupati Lombok Utara H Djohan Sjamsu menyampaikan, kegiatan pelatihan Desa Devisa merupakan peluang bagi para petani kacang mete di KLU, untuk mampu mengembangkan kualitas hasil pertaniannya. Selain itu juga melakukan pengembangan, sehingga dapat meningkatkan jumlah ekspor, dalam rangka memulihkan kondisi ekonomi masyarakat di KLU.
“Pesan saya agar potensi KLU yang ada bukan hanya mete tapi masih banyak lagi, di antaranya vanili, porang dan lainnya sebagainya untuk itu diperlukan kemauan masyarakat untuk mengelola dan berinisiatif untuk mengembangkan potensi tersebut,” terangnya.
Dengan banyaknya potensi daerah yang dimiliki, diperlukan juga kemauan dari para masyarakat untuk mengelolanya dan mengembangkan setiap potensi yang ada di KLU.
“Saya menyambut dengan baik program ini, karena manfaatnya akan sangat baik bagi kemajuan daerah kedepannya,” pungkasnya. (Ham)