Tipu 2 Warga Dompu, Mantan TKW Taiwan Dipenjara 1 Tahun

0
Ilustrasi. (Istimewa)

Dompu, katada.id – Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) Taiwan Atika dipenjara selama 1 tahun. Ia tersandung kasus penipuan terhadap calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan modus job calling visa di Taiwan. Korbannya adalah Aiynurrahmat dan Muh. Solihin warga Desa Daha, Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Awalnya, Atika yang sedang bekerja di negara Taiwan menawarkan job calling visa kepada Aiynurrahmat dan Muh. Solihin dengan biaya masing-masing Rp 45 juta pada tahun 2020 lalu.

Kedua korban diminta mengirim uang kepada perusahaan penyalur pekerja migran Indonesia PT. DIAFI (daftar pencarian orang). Setelah pembayaran, Atika meyakinkan korban akan dibuatkan visa dan dijadwalkan untuk berangkat bekerja ke Taiwan.

Karena tergiur dengan job calling visa tersebut, korban mengiyakan dengan mengirimkan terlebih dahulu dokumen persyaratan pembuatan visa. Seperti kartu keluarga, ijazah SMA, KTP, akta kelahiran, dan paspor lama.

Dokumen tersebut dikirim ke Jakarta atas permintaan Atika. Selanjutnya, pada 17 September 2020 korban mengirimkan uang masing masing Rp 40 juta ke rekening Atika.

Baca juga: Curi Tiga Botol Parfum, Pria di Dompu Dibui 4 Bulan 11 Hari

Beberapa hari kemudian, Atika memberitahukan bahwa paspor dan visa sudah rampung dan sudah dikirim kembali ke alamat masing-masing korban. Selanjutnya, dua korban diminta untuk berangkat menuju Jakarta setelah menerima paspor dan visa tersebut. Nantinya akan dijemput orang PT. DIAFI yang akan mengurus keberangkatannya menuju Taiwan.

Namun setelah menerima paspor dan visa, korban menemukan ada kejanggalan.
Ternyata, paspor dan visa yang dikirim adalah paspor lama yang sudah habis masa berlakunya.

Meski demikian, korban tetap berangkat ke Jakarta dengan membawa visa dan paspor yang diduga palsu tersebut. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, korban tidak kunjung dijemput oleh orang PT. DIAFI (DPO) dan Atika tidak lagi bisa dihubungi.

Dua korban pun menginap selama seminggu di rumah keluarganya untuk menunggu kabar dari Atika dan orang PT. DIAFI (DPO). Namun Atika dan PT. DIAFI yang mengurus keberangkatannya tidak ada kabar sama sekali. Sehingga mereka kembali ke Dompu.

Baca juga: Uang Korupsi SPJ Fiktif Dishub Dompu Mengalir ke Mantan Bupati

Keduanya pun mengkroscek perusahaan penyalur TKI yang mengajukan calon PMI di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Dompu. Namun tidak ada satu pun perusahaan penyalur pekerja migran Indonesia yang mengajukan permohonan atas nama korban.

Merasa ditipu, keduanya melaporkan Atika ke polisi. Karena masih bekerja di Taiwan proses hukum terhadap Atika berjalan lama dan Januari 2024 lalu dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (PN) Dompu.

JPU Tuntut 2 Tahun, Hakim Vonis 1 Tahun

Perkara Atika disidangkan Ketua Majelis Hakim Rizky Ramadhan didampingi hakim anggota Irma Rahmahwati dan Ricky Indra Yohanis. Dalam putusan yang dibacakan Kamis (4/4), hakim menyatakan terdakwa Atika telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penipuan.

“Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Atika dengan pidana penjara selama 1 tahun. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Menetapkan terdakwa tetap berada di dalam tahanan,” kata Ketua Majelis Hakim Rizky Ramadhan dalam amar putusan yang dikutip dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Dompu, Sabtu (12/4).

Baca juga: Sidang Korupsi Dishub Dompu, Hakim Minta JPU Tersangkakan Mantan Kadis, Syafruddin Bersumpah Keluar dari Islam

Atas putusan hakim, Atika sempat mengajukan banding. Namun permohonan bandingnya telah dicabut, Jumat (5/4).

Diketahui, putusan hakim ini lebih rendah dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU). Sebelumnya, JPU Kejari Dompu Joni Eko Waluyo menuntut Atika dengan pidana penjara selama 2 tahun.

Baca juga: Jaksa Geledah Kantor Dikes dan BPKAD Dompu Terkait Dugaan Korupsi Rp 7,9 Miliar

(ain)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here