Mataram, katada.id – Salah satu penggerak utama ekonomi di daerah adalah pariwisata. Belum lagi penyelenggaraan event musik, wedding dan pameran. Untuk memulihkan beberapa sektor itu, mestinya harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf) menggelar kampanye Cleanliness Health Safety Environment Sustainability (CHSE) Event Protocol Story (CERPEN) untuk menggaet pelaku wisata baik turis maupun warga daerah bisa rame mengunjungi potensi yang dimiliki NTB.
Chief Executif Officer Gudang Mahakarya Indonesia Festival Bau Nyale, Lalu Chandra Yudistira mendukung kampanye CHSE dari Kemenparekraf RI. Sebab kampanye tersebut bertujuan untuk membangkitkan semangat pelaku event di Indonesia agar tetap berkreasi ditengah-tengah pandemi untuk memulihkan krisis ekonomi.
“Memang di masa pandemi jelas sedikit berbeda dari masa sebelum adanya covid-19. Misal di event Bau Nyale kita menggunakan standar CERPEN CHSE peserta diwajibkan antigen. Sewalaupun disisi lain kepuasan penonton ada yang beda dari sebelumnya, tidak bisa dipungkiri ada menyaksikan lewat live Televisi (TV),” kata Lalu Chandra Yudistira, Kamis (11/11) saat menjadi narasumber di acara Sosialisasi CERPEN CHSE di Hotel Sheraton Senggigi.
Ia mengaku, selama pandemi pihaknya merasa ada sesuatu yang baru yang bisa di munculkan. Salah satunya, ide kreatif dari para pegiat pariwisata, dan pelaksana event lainnya.
“Sebetulnya berkah pandemi ini, kita bisa belajar kreatif dengan banyak hal yang bisa kita lakukan. Di luar negeri jauh sebelumnya sudah menggunakan standar CHSE,” cetusnya.
Chief Executif Officer Aksara Pesona Khasanah Ramadhan, Andre Satriawan mengatakan untuk event khasanah Ramadhan, pihaknya mengaku sudah menyelenggarakannya dua kali selama pandemi.
“Dimasa pandemi kita sudah menyelenggarakan agenda Tadarus Al Qur’an, Nuzulul Al Qur’an menggunakan metode Hybrid baik offline maupun online melalui kanal Youtube,” katanya.
Untuk kegiatan dengan menggunakan metode tatap muka langsung, tetap menggunakan standar Protokol Kesehatan (Prokes). “Kita batasi sesuai prokes,” ucapnya.
Sementara Sub Koordinator Strategi Event Daerah, Vicky Apriansyah menyampaikan event ini untuk mendongkrak pertumbuhan industri pariwisata. Karena memang yang paling berdampak sejak awal pandemi itu di sektor wisata.
“Sehingga dengan menggunakan metode CHSE dapat memberi dampak positif untuk perkembangan pariwisata di NTB. di sektor pariwisata paling berdampak, maka untuk pemulihannya sedikit lamban seperti sektor lain,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Vicky Kemenpakraf RI memilih NTB sebagai tempat pelaksanaan sosialisasi event CHSE ini karena potensi daerah yang sangat strategis menjadi contoh untuk yang lainnya.
“Sebutlah ada event Pesona Ramadhan, Bau Nyale, Festival Tambora dan Pesona Taliwang. Belum lagi ditambah adanya pelakasanaan balapan WSBK dan MotoGP,” pungkasnya.
Sebagai informasi inisiatif sosialisasi acara CHSE bertujuan untuk menarik para pekerja kreatif untuk mensosialisasikan kampanye CHSE ke dalam muatan daerah dan kearifan lokal supaya mudah dipahami oleh masyarakat setempat.
Sosialisasi CHSE tidak hanya berfokus mempersiapkan destinasi event dan pelaku event dalam memahami protokol kesehatan dan kegiatan perizinan, tetapi juga menyasar industri kreatif lokal untuk terus berinovasi dalam menyelenggarakan acara seni dan budaya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Bukan hanya di NTB, Pelaksanaan sosialisasi CHSE juga prioritasnya di enam daerah lainnya, seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Lombok.
“Pelaksanaannya pun di bagi dalam tiga fase, yang dimulai pada bulan Agustus hingga November 2021,” tutupnya. (red)