
Jakarta, katada.id – Kekayaan seni budaya Provinsi NTB menjadi perhatian Gubernur NTB terpilih, Lalu Muhammad Iqbal.
Hal itu disampaikan langsung oleh Lalu Muhammad Iqbal (LMI) saat bertemu Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon.
“Saya menyampaikan harapan untuk memiliki Balai Pelestarian Budaya sendiri yang membawahi NTB dengan tiga simpul budaya utamanya, yaitu Sasak, Samawa, dan Mbojo. Puluhan tahun NTB berada di bawah Balai Pelestarian Budaya yang ada di Bali,” katanya melalui rilisnya, Minggu (16/2).
Pertemuan LMI dan Fadli Zon ini dilakukan di sela-sela rapimnas Partai Gerindra, Jumat (14/2), di Fadli Zon Library, Jakarta. Pertemuan keduanya berjalan akrab. Dalam kesempatan ini, LMI menyampaikan beragam aspirasi dari budayawan Provinsi NTB.
“Ini adalah amanah dari banyak budayawan yang saya temui selama saya kampanye. Pak Menteri mendukung gagasan ini karena beliau sangat paham kekayaan budaya di NTB,” sambungnya.
Hal lain, kata LMI, ia juga membahas rencana pengembangan dan diversifikasi museum di Provinsi NTB, termasuk rencana adanya museum yang khusus menyajikan soal gunung berapi.
“Ada rencana membangun museum Gunung Samalas, keris, dan lontar,” ucapnya.
Lebih jauh, LMI juga membahas untuk membuat bersama-sama event-event budaya tradisional maupun kontemporer, baik skala nasional maupun internasional.
“Supaya ikut mengisi konsep pariwisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Events) yang akan dikembangkan pemerintah Provinsi NTB,” ucapnya.
Fadli Zon pun menangkap keinginan LMI untuk mendirikan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) di NTB sebagai center of excellence (pusat) pengembangan budaya.
“Keberadaan kampus ini akan menopang budaya Sasambo (Sasak, Samawa, dan Mbojo),” ucap Fadli Zon.
Sejumlah budayawan sebelumnya memang menyampaikan keinginan untuk hadirnya kampus yang khusus menjadi tempat belajar anak-anak NTB mengenai seni dan budaya. Provinsi NTB sampai saat ini memang belum memiliki tempat pendidikan maupun jurusan yang khusus memetakan potensi budaya dan seni dari suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. (rl)